Lihat ke Halaman Asli

Reza Kurniawan

Production Planning Department

Implementasi Sikap Toleransi Moh Hatta di Lingkungan Perguruan Tinggi

Diperbarui: 21 Juni 2024   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.balaibahasajateng.web.id/berita/242/biografi-moh-hatta

Nama : Reza Kurniawan
NIM : 2250017048

Universitas Jenderal Achmad Yani


Artikel ini menjelaskan tentang Implementasi Sikap Toleransi Moh Hatta di Lingkungan Perguruan Tinggi

Abstrak

Bung Hatta merupaan proklamator kemerdekaan, wakil presiden pertama Republik Indonesia. Ia juga seorang pemimpin nasional dan mengetahui bagaimana nilai-nilai moral yang dipegang dapat mempengaruhi kepemimpinannya. Salah satu sikap yang dimiliki moh hatta adalah toleransi, dimana toleransi merupakan bentuk tertinggi akan sebuah keyakinan dan dapat menjadi sebuah kenyataan jika seseorang mengasumsikan perbedaan. Sikap toleransi biasa ditunjukan seseorang dalam suatu perbedaan pendapat, budaya, ras, agama, suku, bahasa, bahkan suatu bangsa. Menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini mengungkap sejauh mana prinsip-prinsip toleransi Hatta diimplementasikan oleh mahasiswa dan staf akademik. Hasil menunjukkan bahwa pemahaman yang baik tentang pentingnya toleransi dan tenggang rasa membantu menciptakan lingkungan kampus yang harmonis dan inklusif. Namun, ditemukan juga tantangan, seperti perbedaan latar belakang budaya dan pandangan politik yang memerlukan pengelolaan lebih efektif.

Kata Kunci : Bung Hatta, Toleransi, Kepemimpinan, Mahasiswa & staf akademik, Lingkungan kampus

 

Pendahuluan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi adalah sikap atau sifat yang menenggang, menghargai, membiarkan, atau membolehkan pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan kelakuan yang berbeda yang bertentangan dengan pendirian sendiri. Mohammad Hatta, tokoh proklamator Indonesia, dikenal dengan pemikirannya yang menekankan pentingnya nilai-nilai ini. Di lingkungan kampus, sikap toleransi dan tenggang rasa sangat vital dalam menciptakan iklim akademik yang kondusif bagi proses belajar mengajar. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi sejauh mana nilai-nilai tersebut diterapkan di lingkungan kampus dan dampaknya terhadap interaksi anggota civitas akademika.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan mahasiswa, dosen, dan staf administrasi di sebuah universitas jendral achmad yani. Observasi partisipatif juga dilakukan untuk memahami dinamika interaksi di kampus. Data dianalisis menggunakan teknik analisis tematik untuk mengidentifikasi pola dan tema yang relevan dengan penerapan sikap toleransi dan tenggang rasa.

Hasil Penelitian

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anggota civitas akademika memiliki pemahaman baik tentang pentingnya sikap toleransi dan tenggang rasa. Mereka menganggap nilai-nilai tersebut sangat penting untuk mendukung proses belajar mengajar yang efektif dan harmonis. Beberapa contoh penerapan sikap toleransi dan tenggang rasa di kampus meliputi:

- Diskusi Terbuka: Forum diskusi yang melibatkan mahasiswa dari berbagai latar belakang untuk bertukar pandangan secara terbuka dan saling menghormati.

- Kegiatan Budaya: Penyelenggaraan berbagai kegiatan budaya yang memperkenalkan keragaman budaya di Indonesia kepada mahasiswa.

- Kebijakan Inklusif: Kebijakan yang mendukung inklusivitas, seperti penyediaan fasilitas untuk mahasiswa difabel dan kebijakan anti-diskriminasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline