Lihat ke Halaman Asli

Melatih Insting Peserta Didik dalam Mengidentifikasi Teks dengan Discovery Learning

Diperbarui: 5 Desember 2022   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam dunia pendidikan, khususnya pada pembelajaran di kelas, seringkali menemui kendala saat mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik. Beberapa penyebabnya adalah pembelajaran yang monoton, pembelajaran yang tidak menggunakan media yang tepat, bahkan pembelajaran yang kaku tanpa ada humor dari pendidik sehingga terkesan tidak menyenangkan. Jika situasi pembelajaran tidak menyenangkan, maka proses transfer ilmu pun tidak akan maksimal sesuai harapan. Oleh karena itu, pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar menyenangkan, inovatif, dan kreatif.

Menurut E. Mulyasa (2006:191) pembelajaran menyenangkan (Joyfull Learning) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (Not Under Pressure).

Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Hal ini dimungkinkan karena pesatnya perkembangan teknologi informasi tidak memungkinkan lagi guru untuk mendapatkan informasi lebih cepat dari peserta didiknya.

Dan menurut Zuroidah (2005 : 36) pembelajaran menyenangkan berarti sesuai pembelajaran yang tidak membosankan. Jika siswa terlibat langsung sebagai subjek belajar, mereka selalu senang dalam belajar. Selain memerlukan pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran di kelas juga memerlukan model-model pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Salah satu contohnya adalah model pembelajaran Discovery Learning. Berbeda dengan model pembelajaran konvensional, Discovery Learning atau pembelajaran penemuan lebih berpusat pada peserta didik, bukan guru. Pengalaman langsung dan proses pembelajaran menjadi patokan utama dalam pelaksanaannya.

Menurut Hanafiah (2012:77) model pembelajaran Discovery Learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Maka dari itu, Discovery Learning sangat cocok untuk melatih insting peserta didik. Karena peserta didik mengalami dan menemukan pengetahuannya sendiri sebagai wujud murni dalam proses pendidikan yang memberikan pengalaman yang mengubah perilaku sehingga dapat memaksimalkan potensi diri. Sebagai contoh pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi teks prosedur kelas VII tingkat SMP. Langkah pertama bagian stimulus. Pada bagian ini peserta didik diberi 3 tayangan video prosedur yang berbeda. Yaitu prosedur membuat, prosedur melakukan, dan prosedur menggunakan. Langkah kedua bagian identifikasi masalah. Pada bagian ini, peserta didik mulai menggunakan instingnya untuk membuat pertanyaan-pertanyaan identifikasi masalah tentang maksud tujuan ketiga video prosedur, persamaannya, dan perbedaannya dari ketiga video tersebut. Langkah ketiga, bagian pengumpulan dan pengolahan data. Pada bagian ini, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam kelompok, peserta didik dituntut berinteraksi dalam diskusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan identifikasi masalah yang sudah ada. Langkah keempat, bagian pembuktian. Pada bagian ini, setiap anggota kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya disertai dengan bukti yang akurat. Langkah terakhir, bagian simpulan. Pada bagian ini, guru menyimpulkan dengan memberi penjelasan penguatan materi dan refleksi pembelajaran.
Dengan proses pembelajaran tersebut, dapat memberi manfaat kepada peserta didik berupa penguatan insting atau naluri dalam mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dari jenis-jenis teks prosedur dengan baik dan benar.

Jadi, alangkah baiknya sang pendidik dapat fleksibel memposisikan diri sebagai guru atau mitra belajar bahkan tidak menutup kemungkinan sebagai teman agar peserta didik merasa nyaman saat pembelajaran berlangsung. Sehingga proses transfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik dapat berjalan sesuai harapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline