Lihat ke Halaman Asli

UN, Bukan Sekedar Ujian

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, sudah setahun yang lalu sejak saya telah berhasil melewati sebuah ujian yang membuat hari-hari saya begitu penuh dengan kegelisahan, rasa takut, dan perasaan khawatir, apakah saya dapat melewati ujian tersebut atau tidak. Ujian yang membuat saya meluangkan waktu ekstra untuk mempersiapkan bekal yang cukup agar dapat menjawab tiap pertanyaan yang ada di tiap lembaran soal ujian tersebut. Ya, ujian tersebut adalah Ujian Nasional atau biasa di singkat dengan UN.Sebuah susunan kata yang singkat namun memberikan efek yang panjang bagi siapa saja yang akan berhadapan dengannya, terkhusus bagi para siswa atau pelajar yang akan melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi. Ujian yang harus mereka lewati agar dapat dikatakan layak untuk terus melanjutkan pendidikannya. Ujian dimana tiap tahunnya selalu menjadi kontroversi bagi dunia pendidikan di Indonesia. Ujian yang selalu mendapatkan banyak penolakkan dari berbagai macam pihak yang beralasan bahwa ujian nasional ini hanya memberikan dampak yang buruk bagi pelajar. Membuat banyak pelajar menjadi depresi hingga efek yang paling buruk ada siswa yang bunuh diri akibat depresi akan menghadapi ujian nasional tersebut.

Hmm, pernahkah kita berfikir bahwa kenapa pemerintah rela menyediakan anggaran dana yang besar hanya untuk penyelenggaran UN ini. Rp 545 miliar dana yang dikeluarkan pemerintah untuk UN tahun 2014. Pengorbanan begitu besar yang dikeluarkan pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia ini, namun masih banyak di antara kita yang menganggap UN itu hanya memberikan efek yang buruk bagi pelajar. Awalnya, saya juga pernah berfikir ketika saya berada diposisi mereka yang akan menghadapi ujian nasional, bahwa ujian ini tidak memberikan dampak yang buruk bagi kami namun ketika saya memasuki jenjang perkuliahan saat ini, pola fikir saya berubah. Cara pandang saya terhadap UN berubah, yang tadinya menolak diadakannya UN namun sekarang ikut mendukung didalam penyelenggaraan UN. Lewat tulisan ini, saya mencoba berbagai dengan para pembaca sekalian tentang sudut pandang UN yang banyak dipertentangkan.

“Bagaimana dengan kecurangan UN?”, sebuah pertanyaan yang menggambarkan tentang penyelenggaraan UN yang tiap tahun terdapat banyak kecurangan. Sebenarnya kecurangan itu terjadi bukan karena adanya UN, kalau kita tahu tujuan awal dari dilaksanakannya UN itu adalah untuk menguji kemampuan kita, apakah hasil dari pembelajaran selama tiga tahun yang kita tempuh memberikan hasil atau tidak, apakah pelajaran yang telah kita pelajari telah kita pahami dengan baik agar nanti menjadi bekal kita untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Andaikan para pelajar kita sadar akan hal ini, mungkin mereka tidak akan melakukan sebuah kecurangan didalam melaksanakan UN ini. Inilah mengapa bisa munculnya ujian dengan system 20 paket. Kesadaran pelajar akan tujuan UN itu masih kurang, sehingga perlu dipaksa agar mereka bisa memahami tujuan dari UN itu sendiri.

“Bagaimana dengan proyek UNyang banyak korupsi?”, tidak bisa kita pungkiri bahwa korupsi telah menjadi penyakit yang telah menginfeksi berbagai aspek, tidak terkecuali pendidikan. Disini buka UN yang menjadi penyebab adanya korupsi, tapi para pelaku atau orang yang menjalankan system ini. Masih banyak orang-orang yang memanfaatkan lemahnya system didalam penyelenggaran UN ini sehingga menjadi sebuah peluang didalam melakukan korupsi. Jika masyrakat bisa ikut berperan serta didalam mengawasi penyelenggaran UN ini, mungkin peluang untuk terjadinya korupsi ini bisa ditekan bukan malah sebaliknya, banyak memberikan tanggapan negative terhadap pelaksanaan UN ini.

“Pendidikan di Indonesia ini masih belum merata”. Banyak orang yang beranggapan bahwa tingkat pendidikan di wilayah perkotaan dengan infrastruktur yanglengkap sangat jauh berbeda kualitasnya dibandingkan dengan diwilayah yang infrastrukturnya masih kurang, sehingga apabila UN ini dilaksanakan, sekiranya bagi pelajar yang didaerah dengan infrastruktur yang kurang tidak akan mampu mengikuti ujian dengan baik. Jadi UN tidak perlu dihapuskan agar pendidikan di Indonesia dapat merata tapi bagaimana cara pemerintah dapat memberikan fasilitas, serta infrastruktur yang merata.

Sisi lain lain dengan diadakannya UN ini adalahmelatih mental para pelajar kita agar didalam menghadapi sebuah ujian yang lebih sulit lagi, mereka sudah terbiasa dan dapat mempersiapkan diri agar mempunyai bekal yang cukup untuk melewati ujian yang nantinya akan datang. Di ibaratkan UN itu adalah sebuah dinding raksasa yang akan dilewati sebelum kita sampai ditujuan akhir kita. Untuk melewati dinding tersebut, kita harus berupaya untuk memanjatnya. Dibutuhkan usaha yang tekun serta latihan yang giat agar dapat melewati dinding tersebut, begitu juga dengan UN. Kita harus mempersiapkan dengan belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh agar nanti dapat melewati ujian tersebut.

Banyak tekanan yang terjadi kepada para pelajar dikarenakan karena mereka sendiri yang menciptakan keadaan tersebut. Mereka lebih terfokus dengan fikiran bahwa mereka akan gagal dan tidak akan lulus dalam ujian tersebut, mereka tidak focus bagaimana menyiapkan bekal yang cukup untuk melewati ujian tersebut. Andaikan semua pelajar bisa focus untuk mempersiapkan dirinya dengan baik, mungkin tingkat depresi atau kejadian buruk yang bersangkutan dengan UN akan hilang sedikit demi sedikit.

Sebenarnya UN itu bukanlah sebuah ujian yang perlu kita takutkan karena keitka kalian melewati ujian tersebut, masih ada ujian yang leih berat menanti anda. Bagaimana anda akan melewati ujian yang lainnya, melewati UN ini saja anda sudah menyerah, merasa tidak mampu melewatinya. Melakukan berbagai macam cara yang kurang terpuji contohnya dengan cara menyontek agar dapat melewati ujian ini. Ayolah, inikah contoh pelajar Indonesia yang gugur sebelum berperang, mengintimidasi dirinya akan gagal, memiliki mental yang lemah. Pantas saja saat ini lulusan di Indonesia hanya menjadi seorang pegawai, pekerja biasa, atau buruh karena memiliki mental yang lemah. Ketika mendapatkan sebuah ujian, mereka hanya lebih banyak berfikir bagaimana caranya agar dapat terhindar dari ujian tersebut, mereka tidak berfikir bagaimana cara melewati ujian tersebut.

Ingat, tuhan saja memberikan ujian kepada kaumnya sesuai dengan kemampuan mereka, begitu juga dengan dilaksanakan UN ini, pasti sudah sesuai dengan kemampuan pelajar kita. Kalian sajalah yang tidak memaksimalkan kemampuan kalian dan mengutuk kalau kalian adalah seperti sebuah robot. Banyak beredar di media social yang mengatakan bahwa kami ini bukan robot yang harus di suruh ini itu. Nah, buktikan lah klau memang kalian bukan robot, kenapa kalian harus takut dengan UN ini, buktikanlah kalau kalian ini adalah seorang manusia yang diberikan akal dan pikiran oleh sang pencipta agar kalian bisa berpikir bahwa yang mana yang sebenarnya terbaik buat anda.

Oleh karena itu, jangan salahkan pemerintah apabila suatu saat kalian yang hanya bisa menjadi seorang pekerja biasa atau malah menganggur tidak mendapatkan pekerjaan. Menuntut agar diberikan pekerjaan yang layak. Inilah salah satu contoh mereka yang tidak dapat melewati ujian hidup, hanya akan menjadi orang-orang yang hanya tau menuntut hak tapi melupakan kewajiban. Salah satu kewajiban kita adalah belajar dengan sungguh-sungguh sehingga suatu saat nanti kita pasti mendapaktan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan kita serta yang menjadi hak kita.

Kita tau Kegagalan UN bukan karena substansi UNnya tapi pada pelaksanan UNnya jadi tinggal benahi cara pelaksanaannya bukan malah mendesak bahwa UN harus dihilangkan. Jadilah pelajar dengan mental yang kuat agar kelak kalian bisa melewati Ujian yang lebih dari UN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline