Lihat ke Halaman Asli

Reza ArdianaCristanty

mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sambut KKM : Pembukaan KKM UIN Malang di desa Ngadas dalam Nuansa Adat Tengger

Diperbarui: 24 Desember 2024   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembukaan KKM Desa Ngadas (Sumber: Dokumentasi mandiri)

Pada hari Minggu, 22 Desember 2024 Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang melakukan upacara pembukaan secara simbolis di kantor Balai Desa Ngadas. Pembukaan ini dimulai pada pukul 19.00 -- 20.45 WIB yang dihadiri oleh Bapak Kepala Desa Ngadas, seluruh ketua RT Dusun Ngadas, dan romo dukun desa selaku pemimpin adat serta anggota KKM dari 3 kelompok Desa Ngadas.

Penduduk Desa Ngadas adalah bagian dari Suku Tengger, yang dikenal sebagai masyarakat yang sangat menjaga adat istiadat dan tradisi leluhur mereka. Tradisi tersebut meliputi ritual keagamaan, upacara adat, hingga tata cara bertani yang dilakukan. Keyakinan masyarakat Ngadas mayoritas beragama Hindu, namun juga terdapat agama lainnya seperti Budha dan Islam. Keyakinan masyarakat Tengger sangat erat dengan nilai -- nilai spiritual dan penghormatan kepada alam.

Setiap acara formal hadirin memberikan salam adat khas Desa Ngadas, yaitu "Hong Mandero Ulun Basuki Langgeng," yang dijawab dengan "Langgeng Basuki" oleh peserta sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi lokal. Pembukaan ini bertujuan untuk meresmikan semua kegiatan yang sudah dirancang oleh mahasiswa dengan persetujuan perangkat desa Ngadas dengan mengusung tema "Moderasi Beragama, Kemiskinan ekstrim, Stunting dan Parenting".

Rangkaian acara tersebut dimulai dengan pembukaan oleh MC dari saudari Dina Faizatus Sholeha. Sambutan perwakilan dari mahasiswa oleh saudara Naufal Abqori, Sambutan dari Kepala Desa Bapak Mujiyanto, Penyampaian program kerja oleh saudara Muhammad Ubaidillah Faqih, dan ditutup dengan doa oleh saudara Noval Aldi Husaini serta pemotongan pita secara simbolis oleh Bapak Kepala Desa. Pembukaan ini dilakukan secara simbolis dengan mengikuti tradisi adat setempat dimana prosesi dimulai dengan pemakaian udeng (kain kepala khas) untuk laki- laki dan pemakaian kaweng (kain khas) untuk perempuan sebagai simbol penghormatan kepada budaya Tengger.

Dalam Sambutannya bapak kepala desa menyampaikan bahwa kita dapat melaksanakan program kerja sesuai dengan keadaan desa Ngadas. Terkait program kerja kemiskinan ekstrim di Desa Ngadas, Masyarakat memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik, dimana dapat dikatakan miskin bahwa setiap keluarga memiliki minimal motor dua. Selain itu, kepala desa juga mengusulkan agar data penduduk setiap RT dapat disimpan dalam bentuk digital agar mempermudah proses pendataan dan menghindari keharusan dalam mengunjungi rumah setiap warga saat sensus. Desa ini terdiri dari RT 01 hingga RT 08 dengan tradisi yang sangat unik, seperti aturan dilarang melewati tungku api dari belakang meja dan menjaga tata krama saat berkunjung ke rumah warga.

Acara diakhiri dengan foto bersama antara mahasiswa, perangkat desa, dan tokoh adat. Seluruh rangkaian acara berlangsung dengan tertib dan penuh rasa kekeluargaan, mencerminkan nilai-nilai harmoni yang dijunjung oleh masyarakat Desa Ngadas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline