Lihat ke Halaman Asli

Pertentangan Antara Ideologi Pancasila Dan Komunis

Diperbarui: 27 November 2022   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peristiwa Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) Gerakan 30 September 57 tahun yang lalu masih menjadi berita utama setiap tahun. Masyarakat ingat bahwa Indonesia sebenarnya dijajah oleh rakyatnya sendiri setelah 20 tahun merdeka dan rakyat berjuang mati-matian untuk kemerdekaan Indonesia, jadi jangan berdebat setiap tahun. Peristiwa pemberontakan G30-SP-PKI yang dipimpin oleh DN Aidit dan pengikutnya, menyebabkan pemberontakan yang pecah di Jakarta, menewaskan beberapa perwira dan jenderal paling senior. Hal ini karena PKI ingin mengubah ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.


Mereka melakukan pemberontakan tidak hanya untuk mengubah ideologi Indonesia, tetapi juga untuk merebut kekuasaan dari pemerintah yang sah. Hal ini dibuktikan dengan dua pemberontakan yang dilakukan oleh PKI dan antek-anteknya. Pemberontakan pertama terjadi di wilayah Madiun Jawa Timur pada tahun 1948. Ini diikuti oleh kerusuhan kedua di wilayah Jakarta pada tahun 1965. Hal ini menjadi sejarah pahit bagi pemerintah Indonesia saat itu. Peristiwa itu terjadi 57 tahun lalu pada 30 September 1965. Saat itu, PKI adalah partai politik tertua dan terbesar di Indonesia dan milik rakyat, intelektual, pekerja dan petani. PKI memperoleh 16,5% suara dan merupakan partai terbesar keempat dalam pemilihan umum 1955 setelah PNI, Mashmi dan NU.


Sejarah berdirinya PKI berawal dari Gerakan Sosial Demokrat India (ISDV). Ini adalah partai politik kecil tapi ilegal yang didirikan oleh Hendricks Josephus Franciscus Marie Sneveliet, atau dikenal sebagai Henk Sneveliet, dari Belanda. Partai Komunis menyusup ke partai-partai politik lokal seperti yang kita ketahui bahwa PKI bertujuan untuk mengubah ideologi nasional Indonesia yang berbasis Pancasila menjadi ideologi komunis. Samoen dan Darsono, yang terlibat dalam pembentukan dan peluncuran partai PKI. Kemudian, pada tahun 1920, ISDV mengangkat Samoen sebagai ketua PKI dan Darsono sebagai wakil ketua saat itu.

PKI bertujuan untuk menyerang pejabat tinggi militer Indonesia. PKI menargetkan enam petugas polisi sebagai mangsa, dan tiga dari enam petugas dibunuh oleh PKI di tempat tingganya. Sementara itu, pejabat lainnya diculik dan dieksekusi di Lubang Buaya. Enam perwira yang tewas itu antara lain Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Raden Soepraputo, Mayjen Mas Tiltdarmo Haryono, Mayjen Siswand Perman, Brigjen Donald Isaac Pandjaitan, dan Brigjen Stoyo Siswomiharjo.
Padahal, tujuan utama PKI adalah menggulingkan pemerintahan Sukarno dan menjadikan Indonesia negara komunis. Pada saat itu, PKI memiliki sekitar 3 juta anggota, menjadikannya partai politik terbesar di dunia setelah Cina dan Uni Soviet. Oleh karena itu, dari pernyataan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa PKI memiliki tujuan sebagai berikut:

1. merekaingin menghancurkan negara kesatuan Republik Indonesia dan mengubahnya menjadi negara komunis.
2. mereka ingin mencopot TNI dan militer dan mengambil alih kekuasaan dari pemerintah. 

3. mereka ingin mengganti sistem pemerintahan Indonesia dengan sistem komunis.
4. Konversi ideologi Pancasila ke ideologi komunis. 

Kronologis PKI dalam konteks proliferasi komunis yang dilakukan oleh PKI menimbulkan kecurigaan terhadap kelompok antikomunis. Tindakan tersebut juga meningkatkan persaingan antar elit politik bangsa. Dugaan semakin mengemuka, dengan beredarnya rumor di masyarakat, terutama tentang kesehatan Presiden Sukarno dan Dewan Jenderal Angkatan Darat. Di tengah tudingan itu, Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon I Pengawal Resimen Chakrabilawa, unit khusus yang melindungi presiden, memimpin sekelompok pasukan untuk melakukan kekuatan di Jakarta.


Pasukan PKI kemudian meninggalkan daerah yang disebut Lubang Buaya. Peristiwa itu, seperti yang kita ketahui, terjadi antara Kamis, 30 September, hingga Jumat, 1 Oktober 1965, pada malam hingga dini hari. Mengapa disebut lubang Buaya? G30S/PKI Kisah saksi bisu yang tragis. Dahulu dikenal dengan Operasi Takari, kudeta tersebut diubah menjadi Gerakan 30 September, sehingga diberi nama Lubang Buaya. Pada tanggal 30 September 1965, mereka berhasil menculik dan membunuh enam perwira senior Angkatan Darat. Salah satu yang selamat adalah AH Nasution. Namun nasib putri A.H. Nasution yaitu Ade Irma Suryani Nasution, tewas dan tidak bisa diselamatkan. Sementara itu, gerakan PKI di Yogyakarta yang dipimpin oleh Mayor Muliono menyebabkan tewasnya Kolonel Angkatan Darat Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono.

Pada dini hari 30 September 1965 atau 1 Oktober 1965, itu adalah tindakan paling memilukan di jalan bangsa Indonesia, yang memuncak pada ketegangan politik dan konflik antar pemimpin nasional. Pada saat itu, seorang perwira tentara diculik dan dibunuh oleh pasukan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung, komandan Batalyon 1 Resimen Chakrabilawa.

30 September 1965 / Operasi untuk menekan gerakan PKI segera dilakukan dengan Mayor Jenderal Suharto sebagai Panglima Angkatan Darat. Dia kemudian memerintahkan pasukan pemerintah, termasuk Divisi Siliwangi, Kavaleri, dan Resimen Lintas Udara Angkatan Darat (RPKAD), untuk menumpas pemberontakan.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 Letnan Kolonel Untung pimpinan Gerakan 30 September mengumumkan melalui RRI Jakarta bahwa telah terjadi aksi. Pengumuman itu menyebutkan beberapa hal, seperti gerakan 30 September yang berhasil menggagalkan kudeta Dewan Jenderal terhadap pemerintahan Presiden Sukarno, pembentukan Dewan Revolusi, pembubaran Kabinet Dwykola, dan penghapusan pangkat Jenderal. TNI.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline