Teguran
Aku menulis ini saat tengah malam, selepas aku pulang mengerjakan tugas di warkop yang tak jauh dari kost-an ku. Aku tidak tahu kenapa hatiku tergerak untuk berbagi cerita tentang apa yang ku lihat malam ini. Akhir-akhir ini aku sering kali mengeluh akan banyak hal, mengeluh karna tugas, dilema organisasi, kekurangan uang, merasa otak sudah tidak sanggup untuk belajar, terlalu banyak ke khawatiran dalam diriku, bahkan rasanya aku lelah untuk kuliah, apalagi pada jurusan yang memang tidak aku inginkan ini.
Tapi malam tadi, sepertinya Tuhan sedang menegurku, saat aku sedang mengerjakan tugas datang dua orang anak kecil, yang laki-laki sepertinya berumur 9 atau 10 tahun dan yang perempuan yang mungkin adalah adikknya yang masih 6 atau 7 tahun, mereka datang ke warkop menawarkan kue-kue yang mereka simpan dalam kantong, tidak ada yang membeli.
Namun wajah mereka tetap ceria sembari turun dari tangga, aku memperhatikan mereka dari atas, si abang menggandeng tangan adiknya, mereka berbincag sambil berjalan menuju ke warkop lainnya untuk menjajakan kue yang mereka jual.
Padahal hari sudah malam, dan mereka hanya berjalan berdua, aku tak melihat lelah dan keluh di raut wajah mereka, entah benar begitu atau mungkin mereka yang pandai menyembunyikannya, aku pun tidak tahu.
Setelah sekitar pukul 00.30, aku dan temanku beranjak untuk pulang, karna di warkop itu hanya kami berdua pengunjung yang tersisa. Saat di parkiran aku melihat seorang anak yang kira-kira berumur 8 atau 9 tahun mengangkat sampah dari warkop, ia mengoper sampah itu pada seorang bapak untuk di masukkan ke bak motor/
Kemudian mereka pergi utuk mengambil sampah-sampah di tempat lainnya Hatiku semakin tersentuh, di malam yang singkat ini aku bertemu 3 orang anak, yang harusnya pada usia mereka saat ini mereka sudah tertidur lelap karna besok harus masuk sekolah, namun mereka tidak begitu, mereka malah mengais rezeki.
Seketika aku membandingkannya dengan diriku, usiaku sudah termasuk usia kerja, namun belum pernah sekalipun aku menghasilkan uang bahkan untuk diriku sendiri, apalagi untuk keluarga.
Malam ini aku diingatkan untuk bersyukur atas segala berkat yang ku terima, malam ini aku ditegur untuk belajar betapa keras kehidupan, mungkin yang kusaksikan ini tak seberapa bila dibandingkan dengan keadaan-keadaan di luar sana.
Kisah-kisah yang biasanya hanya ku saksikan di tv, kini kusaksikan langsung di hadapanku. Sungguh , ku rasa aku tak kan sanggup bila harus seperti mereka, aku terlalu asik berada dalam zona nyamanku.
Aku malu dengan diriku sendiri, aku merasa bersalah pada kedua orang tuaku, karna hingga saat ini aku belum mampu membuat mereka bahagia. Disaat seperti ini, aku menjadi sangat merindukan orang tuaku, aku ingin pulang dan berada dalam pelukan mereka.