Lihat ke Halaman Asli

Pantaskah 14 Februari Menjadi Hari Menutup Aurat Sedunia???

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1328764446730039933

Ada yang baru dibulan februari ini, munculnya sebuah gerakan yang memproklamirkan hari menutup aurat se-dunia. Asal usul tempat dan waktu lahirnya gerakan ini kurang saya ketahui. Namun terlepas dari itu semua, kita asumsikan saja bahwa gerakan ini cukup besar. Bagi seorang muslim hal ini merupakan berita baik. Apalagi latar belakang munculnya gerakan ini sebagai bentuk perlawanan atas maraknya budaya V-Day dikalangan remaja islam.

Sebagai seorang muslim kita sudah tuntas dengan wajibnya menutup aurat, tidak ada perbedaan dikalangan ulama mazhab apapun. Walaupun faktanya tidak semua muslim melakukannya. Mungkin dengan adanya gerakan ini menyadarkan kaum muslim yang belum menutup aurat agar segera melaksakan perintah surah An-Nur 31. Ada sedikit keganjilan yang muncul dikepala setelah melihat konsep dan metode gerakan ini.Nama gerakan tersebut menggambarkan tujuan akhir yang ingin dicapainya. Menggunakan ’14 februari’ sebagai simbol perlawanan terhadap V-Day jika ditinjau dari segi marketing opini akan memberikan efek ‘kejut’ yang bagus di masyarakat. Jika dipikir sekilas iya, tapi sedikit saja direnungkan tentunya menimbulkan kejanggalan.

Banyak literatur sejarah yang berbeda-beda dalam menjelaskan latar belakang lahirnya V-Day. Namun saya menyimpulkannya bahwa V-Day lahir bukan karena wanita berkeinginan membuka auratnya. Lagipula dalam V-Day tidak ada larangan orang untuk memakai jilbab. Makanya jangan heran kalau ada yang mendukung hari menutup aurat sedunia dan tetap mendukung V-Day. “Kan V-day dilakukan untuk saling mengasihi dengan kekasih kita. Jadi boleh dong merayakan V-day dengan menutup aurat” Ujar salah seorang kawan. Bukannya hal ini justru ‘mencederai’ pemahaman Islam. Menurut saya, mengambil tanggal 14 februari sebagai momentum untuk me’marketing’kan kepada muslim untuk memakai jilbab bisa sukses. Tapi dalam hal pemikiran justru terjadi ‘pencampuradukkan’ antara yang haq dan batil.

Dalam membangun strategi (cara) menyebarluaskan Islam kita juga perlu melihat kaedah-kaedah yang di tentukan dalam Islam dan efek yang diberikan. Niat awalnya ingin melakukan kontra terhadap suatu budaya, hasilnya malah mengkompromikan budaya tersebut. Sudah banyak kaum muslim yang punya semangat untuk menyebarluaskan ajaran Islam, namun banyak terjebak dalam konsep berpikir masyarakat yang menjadi objek. Bukannya mewarnai, justru diwarnai. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan dalam mengkaitkan antara fikrah (Konsep)dan Thariqah (Metode). Paling nyata adalah kelompok yang ingin mewujudkan kebangkitan Islam melalui parlemen demokrasi. Yang lahir justru kompromi dan umat terpalingkan dari kebangkitan Islam yang sesungguhnya. Hampir-hampir masyarakat sudah tidak bisa lagi membedakan mana partai Islam dan yang bukan, semua kelihatan sama saja.

So…Lebih berhati-hati lah dalam menyebarluaskan konsep Islam. Apalagi membuat hari-hari besar yang islam tidak pernah mengenalnya selain Hari Idul Fitri dan idul Adha!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline