Lihat ke Halaman Asli

Reynal Prasetya

TERVERIFIKASI

Broadcaster yang hobi menulis.

Menulis adalah Proses Menemukan Jati Diri

Diperbarui: 13 November 2023   14:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menulis (kompas.com)

Ronaldo menemukan jati dirinya melalui sepak bola, Mike Tyson menemukan jati dirinya melalui tinju, Jhonny Depp menemukan jati dirinya melalui akting, bisakah penulis seperti kita yang baru terjun kedunia menulis atau pun sudah lama menulis bisa juga menemukan jati diri melalui aktivitas menulis? Baca sampai akhir!

Menulis sebenarnya sama dengan hobi-hobi yang lain, yang apabila ditekuni dengan baik kita bisa juga terkenal dan sukses seperti Ronaldo, Mike Tyson atau pun Jhonny Depp. Hobi menulis tidak bisa diremehkan hanya sebatas kegiatan mengisi waktu senggang saja, atau sebagai sarana curhat meluapkan kegelisahan hati.  

Lebih dari itu, menulis bisa mengantarkan kita pada kehidupan yang lebih baik. Karir yang lebih baik. Namun untuk sampai disana, perlu ada usaha, konsistensi dan proses panjang sehingga kita percaya dan yakin menulis bisa kita jadikan sebagai profesi, lebih dari sekadar hobi.

Tak sedikit penulis yang baru terjun kedunia menulis dan berharap mendapatkan kehidupan yang lebih layak harus berhenti di tengah jalan. Ada yang mulai merasa ragu bahwa menulis tak menghasilkan apa-apa, ada juga yang berhenti karena merasa jenuh, kesulitan menemukan ide, hingga merasa bahwa tulisan yang dihasilkan tidak diminati oleh para pembaca.

Itu adalah perasaan yang wajar. Yang saya kira akan menimpa siapa pun yang baru terjun atau sedang menekuni dunia tulis menulis. Tak terkecuali dengan diri saya sendiri. Bagi saya itu adalah sebuah proses untuk menemukan jati diri, proses untuk mulai mengenali warna suara sendiri. Hingga disuatu titik kita akan kembali terbangun dan mulai kembali menulis setelah kita berhasil menemukan formula menulis kita sendiri.

Ini yang saya alami, disuatu siang ditengah kehidupan saya yang tidak maju dan tidak mundur, saya merenungkan kembali apa yang sudah saya tulis, saya merasa selama ini sudah mampu menghasilakan tulisan tentang topik apapun, di platform Kompasiana yang sudah saya singgahi sejak lima tahun belakangan ini, para pembaca sekalian bisa menemukan topik apapun yang sudah saya tulis.

Mulai dari Politik, Sepak Bola, Sosial, Pengembangan Diri, Percintaan, Selebritis, Spiritual, Psikologi, Science, Puisi, semuanya sudah saya tulis. Hanya ada satu hal yang luput dan selalu saya hindari, yaitu menulis: Cerita.

Padahal dari semua topik yang telah saya tulis itu, Cerita adalah topik yang paling memungkinkan kita untuk menanjak ke level yang lebih tinggi lagi. Apalagi di zaman yang semakin digital ini, kita tak perlu bingung lagi untuk mempublish hasil karya cerita yang sudah kita tulis itu.

Memang saya bisa mengedukasi dan menginspirasi banyak orang melalui topik pengembangan diri yang saya tulis, tulisan itu tidak terlalu buruk dan tetap bermanfa'at bagi pembaca, namun tulisan-tulisan tersebut saya kira tidak cukup mempunyai nilai komersial seperti halnya karya-karya dalam bentuk cerita seperti Cerpen atau pun Novel.

Baru mulai sekarang saya menyadari bahwa, karya tulis dalam bentuk cerita lebih berpotensi menghasilkan keuntungan ekonomi daripada karya-karya tulis yang lain, mengapa demikian?. Hmm simak terus ya!

Berkarir Sebagai Penulis Cerita

Terus terang baru-baru ini saya mulai tertarik untuk menulis fiksi setelah sering membaca cerpen fiksi yang ditulis oleh Ben Sohib, Rizqi Turama dan Raditya Dika. Saya juga mulai berkenalan dengan penulis fiksi yang sebenarnya sudah tidak asing lagi seperti, Andrea Hirata atau pun Donny Dhirgantoro, yang novelnya best seller dan sudah diangkat ke layar lebar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline