Lihat ke Halaman Asli

Reynal Prasetya

TERVERIFIKASI

Broadcaster yang hobi menulis.

Menjalani Hidup dengan Filosofi Beladiri

Diperbarui: 19 Desember 2022   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bela diri (Sumber: Kompas.com)

Malam ini saya baru saja pulang dari tempat latihan. Ya, karena kurang lebih 2 bulan ini saya sudah mulai belajar dan bergabung di salah satu perguruan silat terbesar di Indonesia yaitu Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

Awalnya saya tertarik dan sempat mau latihan bela diri karate dan saya sangat tertarik dengan aliran Shotokan, akan tetapi ketika saya mulai mengenal aliran silat asli Madiun Jawa Timur ini entah kenapa dari yang awalnya penasaran dengan karate berubah menjadi penasaran dan ingin berlatih Silat Setia Hati Terate.

Karena SH Terate ini dalam pengamatan saya adalah aliran Silat yang memang cukup keras, karena fisik kita dituntut untuk selalu kuat, prima, di gembleng luarbiasa hingga keringat bercucuran deras pada saat setiap latihan.

Pikir saya, inilah bela diri sejati. Kita butuh kekuatan dan keandalan ilmu bela diri yang memang bisa digunakan dalam situasi nyata atau real life manakala sedang terdesak, kepepet atau ada ancaman, oleh karena itulah saya akhirnya memutuskan untuk serius berlatih aliran silat yang disebarkan oleh Ki Ngabehi Surodiwiryo ini.

Bruce Lee (Sumber: Shutterstock/Anton Ivanov via Kompas.com)

Namun seiring berjalannya waktu dan banyaknya berlatih ternyata saya mulai menyadari bahwa dalam bela diri bukan hanya "kekerasan", kekuatan (strenght) atau power yang diperlukan, namun juga kita memerlukan "kelenturan" dan fleksibilitas untuk mendapatkan teknik yang sempurna.

Akhirnya saya juga menyadari bahwa ternyata, tubuh saya ini masih sangat kaku, keras belum lentur, belum fleksibel sehingga ada beberapa teknik silat yang akhirnya belum sempurna.

Misalnya pada saat roll depan (berguling ke depan), jika tubuh yang meliputi leher, punggung, pinggang, kaki dan semuanya lentur maka gerakan akan terasa lebih mudah. 

Beda halnya ketika bagian-bagian tubuh tersebut masih kaku dan keras pada saat berguling yang saya rasakan pundak, punggung dan pinggang ini terasa sakit karena teknik bergulingnya yang tidak sempurna.

Untuk menghasilkan tendangan yang atas pun kaki kita perlu lentur sehingga pada saat menendang kita bisa menyasar kepala bukan hanya dada atau pun perut, bahkan dalam Karate atau pun taekwondo para siswanya diwajibkan untuk bisa split tengah untuk mendapatkan tendangan atas yang sempurna.

Contoh split tengah (Sumber: www.giantma.com.au)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline