Lihat ke Halaman Asli

Reynal Prasetya

TERVERIFIKASI

Broadcaster yang hobi menulis.

Hukum Tarik Menarik dalam Interaksi Sosial

Diperbarui: 31 Desember 2020   15:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi interaksi sosial (Sumber: shutterstock.com via kompas.com)

Apa yang ada dalam pikiran Anda ketika mendengar kalimat, "Hukum tarik menarik"? Mungkin sebagian akan tertuju pada satu konsep bernama "The Secret", sebuah judul buku yang isinya pernah menggemparkan dunia ketika dirilis bersamaan dengan film-nya pada tahun 2006.

Buku ini dikarang oleh Rhonda Byrne yang laku terjual hingga dua puluh satu juta kopi dan telah diterjemahkan ke dalam empat puluh empat bahasa di seluruh dunia.

Tapi kali ini kita tidak akan terlalu jauh me-review atau membahas buku tersebut, kita akan fokus pada konsep yang paling menonjol dari buku tersebut yaitu tentang "The Law of Attraction" atau hukum tarik menarik.

Ya, dalam konsep itu disebutkan bahwa, pikirkan ini ibarat magnet yang bisa menarik apapun: peristiwa, kejadian, pengalaman, baik yang kita inginkan atau yang tidak kita inginkan melalui frekuensi yang dipancarkan oleh pikiran.

Misalnya, jika Anda memikirkan pikiran-pikiran marah dan merasa marah, maka Anda akan menarik lagi kejadian dan keadaan yang bisa menyebabkan Anda marah kembali.

Sebaliknya, jika Anda berpikir positif dan merasa baik, maka Anda akan menarik lagi peristiwa positif dan keadaan baik kembali. Seperti itu kira-kira cara kerjanya.

Ternyata tanpa kita sadari, hukum tarik menarik ini juga berlaku dalam dinamika sosial.

Adanya komunitas, club, perkumpulan dan paguyuban mengindikasikan adanya hukum tarik menarik dalam interaksi sosial.

Mudah-mudahan sampai di sini Anda bisa menangkap apa maksud dari prolog di atas. Karena kali ini saya akan menyajikan tulisan ini dengan bahasa blogging, bukan dengan gaya opini maupun essai yang serius dan terstruktur.

Artinya saya sedang ingin menulis secara santai dan menggunakan pendekatan story telling dengan menceritakan pengalaman pribadi. Jadi, apa saja nanti yang melintas dan terpikir di kepala ini akan saya tuangkan semuanya di tulisan ini.

Konsekuensinya, tulisan ini berpotensi ngalor-ngidul ke mana-mana, karena saya ingin mencoba mengalir saja, namanya juga bercerita, tentu saja harus mengalir agar cerita tersebut terasa lebih ringan untuk dinikmati. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline