Lihat ke Halaman Asli

Reynal Prasetya

TERVERIFIKASI

Broadcaster yang hobi menulis.

Feminisme dan Era Kemunduran Pria

Diperbarui: 14 Juli 2020   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Feminisme (Sumber: freepik.com)

Kalau kemarin saya sempat terpesona oleh tulisan nya Mbak Cindy Carneta, kali ini saya merasa tertampar oleh tulisan nya Mbak Amel Widya. Karena artikel nya yang berjudul, "Feminitas di Mata Semesta", sukses menghunus jantung saya dengan keras.

Sebuah tulisan yang bukan saja menarik, namun juga kaya akan argumen logis. Sebuah tulisan yang akhirnya membuat saya ingin juga buka suara terkait isu feminisme ini.

Untung nya saya tidak jantungan, dan tidak punya riwayat sakit jantung, jadi saya masih bisa bernafas lega dan masih bisa melanjutkan untuk menulis artikel ini.

Betapa beruntungnya Kompasiana memiliki dua diantara banyak nya penulis wanita hebat dan cerdas yang selalu mampu memproduksi tulisan-tulisan yang berkualitas dan berkelas.

Tulisan ini bukan bermaksud ingin membela si Denniz yang suka berulah dan menyudutkan si Mehrin yang kerap mendapat perlakuan yang tidak adil dan menyenangkan itu. 

Tapi kali ini saya ingin membahas feminisme, dinamika sosial, dan relasi antara pria dan wanita secara menyeluruh, lebih dalam dan lebih detail.

Bukan berarti saya juga menolak mentah-mentah, atau menentang keras pemikiran nya Mbak Amel, tidak. Justru saya sangat mengapresiasi pemikiran beliau dan sangat setuju apabila wanita mendapatkan hak yang sama dalam segi politik, sosial, budaya dan juga ekonomi.

Saya juga setuju kalau wanita tidak harus melulu hanya berkecimpung di wilayah domestik, kasur, sumur dan dapur saja.

Wanita masa kini juga harus bisa independent dan berhak setara dengan pria. Baik dalam urusan karir, pendidikan, maupun finansial. Dan terbukti kini banyak wanita yang sudah mulai mendapatkan keleluasaan dan kebebasan untuk mengejar dan meraih semua itu. 

Namun sebelumnya saya ingin tegaskan, bahwa tulisan kali ini tidak berniat, bermaksud untuk menyinggung, ataupun menyudutkan pihak wanita, tidak. Tidak sama sekali. 

Saya juga tidak sedang membela pria. Namun saya merasa bahwa, dalam masyarakat ultra modern saat ini, pria lebih sering terlihat menjadi pihak tertuduh, seolah-olah pria adalah tukang menyakiti wanita, doyan selingkuh, gemar mempermainkan wanita, berlaku abusive dengan segala macam sumpah serapah seperti bajingan, brengsek, bangsat dlsb.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline