Tepatnya 24 mei 2020 kemarin, mayoritas umat Muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri setelah genap satu bulan menjalankan Ibadah Puasa.
Moment Idul Fitri atau lebaran seringkali identik dengan moment saling mema'afkan. Disusul dengan silaturahmi atau mengunjungi rumah-rumah saudara.
Rasa bahagia, sedih, gembira, suka cita, bercampur aduk karena moment indah ini hanya bisa di temukan setahun sekali.
Bayangkan, betapa harunya suasana saling berma'af-ma'afan, ketika selesai Shalat ied, para jama'ah bersalaman, berjabat tangan, berangkulan, sambil disertai isak tangis menyadari dosa dan kesalahannya masing-masing.
Kita kerap kali terbawa suasana ketika melihat moment seperti itu, air mata tak mampu dibendung ketika kita memeluk, merangkul orang terkasih dengan rasa bersalah, dengan rasa penyesalan.
Seorang anak memeluk, merangkul orang tuanya sambil tersedu-sedu, begitu pun sepasang suami istri yang sama-sama saling berangkulan menyebut dan meminta ma'af secara bergantian, adapula orang tua yang memeluk dan menciumi anaknya dengan penuh cinta sambil mengingat-ngingat kesalahan yang telah ia perbuat kepada anaknya.
Moment berma'af-ma'afan juga tidak hanya terjadi dari rumah kerumah dan di tempat ibadah, sebelum dan ketika hari lebaran tiba, kita melihat orang ramai-ramai secara serentak menulis rangkaian kata-kata yang indah yang berisi permohonan ma'af di media sosial.
Begitu sakral, hidmat dan indahnya hari itu, semua orang bersorak-sorai merayakan hari lebaran dengan penuh sukacita.
Suara letupan kembang api terdengar dimana-mana, tiap orang mengenakan pakaian baru, peci baru, sarung baru, sandal baru, hijab baru, gamis baru, semua nyaris serba baru.
Meski dunia tengah dilanda pandemi, suasana lebaran dikampung tidak pernah jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Alhamdulillah, untuk tahun ini saya masih bisa merayakan lebaran bersama keluarga dengan normal seperti biasanya.
Masih bisa berjama'ah shalat ied di masjid, melakukan silaturahmi, mengunjungi sanak saudara dengan, aman, sehat dan terkendali.