Lihat ke Halaman Asli

Cita-cita, Mimpi, dan Fantasi, Apakah yang Membedakan Ketiganya?

Diperbarui: 1 Mei 2019   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sering kita melakukan visualisasi diri dan membayangkan apa yang akan kita lakukan nantinya ketika kita telah berhasil mendapatkan apa yang telah kita cita-citakan sejak kecil. Memiliki sebuah cita-cita berarti memiliki sebuah harapan dan gambaran tentang apakah yang akan terjadi nantinya terhadap seseorang dalam masa depannya. Untuk itulah orang yang mempunyai cita-cita yang bisa dibilang tinggi akan mempunyai dan harus mempunyai usaha yang lebih keras dari orang lain agar dirinya dapat meraih apa yang dicita-citakan sebelumnya.

Masalah yang ada ialah ketika seorang tak bisa mengendalikan dirinya dan melakukan hal yang dapat membuatnya terlena dan terjatuh dalam angan-angan belaka. Ya, seorang yang mempunyai cita-cita yang amat tinggi dan bahkan belum satupun usaha nyata yang dilakukannya untuk mendapatkannyalah yang kemudian saya sebut sebagai "penghayal", orang yang tak bisa mengendalikan keinginannya dengan keterbatasannya untuk mulai bertindak.

Hal tersebut sangatlah berbahaya, orang dengan cita-cita yang terlalu tinggi dan belum sempat bertindak akan jatuh dalam depresi yang berat ketika dirinya telah menyadari bahwasanya dirinya belum melakukan satu hal pun untuk mencapai apa yang ia cita-citakan selama ini, atau mungkin lebih tepat lagi saya sebut sebagai apa yang ia khayalkan selama ini. Untuk itulah, penting kiranya kita mencegah hal tersebut agar tidak terjadi pada diri kita.

Langkah pertama yang harus kita lakukan untuk mengendalikan diri dan menjauhkan kita dari depresi besar yang siap mengintai kita adalah kenali apakah apa yang benar-benar kita inginkan di masa mendatang kita adalah sebuah cita-cita yang ingin kita raih dengan berbagai daya dan upaya yang kita miliki atau hanya sebuah angan-angan yang mengisi kekosongan hari-hari kita.

Berpikir dan menelusuri diri kita sendiri karena diri kita sendirilah yang tau bagaimana dan seperti apa kita ini. Kita mempunyai sebuah harapan, sebuah cita-cita. Penting sekali kita mengenali apa yang kita cita-citakan memang benar sebuah cita-cita yang ingin kita wujudkan di masa depan. 

Pertanyaan yang mendasar berhubungan dengan hal tersebut ialah "apakah ktia sudah berusaha setidaknya satu langkah untuk meraih cita-cita tersebut? Apakah dari hari ke-hari kita semakin dekat dari apa yang kita cita-citakan? Bisakah kita membandingkan berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk sekedar mengagumi kehidupan kita setelah kita mendapat apa yang kita cita-citakan nanti dengan usaha keras dan derasnya cucuran keringat yang kita habiskan untuk mewujudkan cita-cita tersebut?

 Kalau jawabannya adalah anda bahkan belum sempat berusaha untuk mewujudkan cita-cita tersebut, anda bahkan berjalan ditempat atau bahkan menjauh dari apa yang anda cita-citakan, atau anda bahkan lebih lama menghabiskan waktu di tempat tidur hanya untuk sekedar berhayal tentang kebahagiaan yang anda dapatkan nantinya, saatnya untuk bangun karena anda adalah seorang "pengkhayal".

Beranikanlah mengakui diri anda sendiri sebagai seorang pengkhayal karena keberanian itulah yang pada akhirnya menuntun anda untuk bisa bangkit dan berdiri, menghadapi kerasnya dunia dan mengubah khayalan anda menjadi sebuah cita-cita, cita-cita untuk anda wujudkan, bukan hanya sekedar untuk pengantar tidur dan bahan khayalan anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline