Lihat ke Halaman Asli

Mohamad Safriyanto Lamondo

Mahasiswa Perbankan Syariah UIN Malang

FIFA Melanggar HAM?

Diperbarui: 27 November 2022   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aloo gaes, pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai hak asasi manusia . Tak hanya membahas apa itu Hak Asasi Manusia (HAM), kita juga akan membicarakan mengenai permasalahan mengenai Hak Asasi Manusia yang pada saat ini sedang panas-panas nyaa, ok.

Menurut Undang - Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang dimaksud adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, Hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia . 

Dapat dikatakan secara umum, bahwa hak asasi manusia ini dimiliki oleh setiap manusia di dunia yang dimana mereka diberikan kebebasan dalam hal apapun selama itu tidak merugikan pihak lain dan hal tersebutpun sangat terjaga . Beberapa contoh Hak Asasi Manusia:

  • Hak untuk hidup
  • Hak untuk memperoleh keadilan
  • Hak untuk kebebasan berpendapat
  • Hak untuk kebebasan berekpresi, dan lainnya

Akhir - akhir ini, masalah yang sering timbul berkaitan dengan Hak Asasi Manusia adalah mengenai permasalahan LGBT. Instrumen Hak Asasi Manusia Internasional maupun UUD 1945 juga menyatakan bahwa pembedaan pengaturan terhadap LGBT ini merupakan sebuah tindakan diskriminatif. tak hanya itu, pengaturan pelarangan terhadap LGBT juga bukan merupakan sebuah affirmative action yang diperbolehkan . Disisi lain, dalam Islam perilaku LGBT adalah perilaku haram dan melanggar syariat yang mempunyai hukuman bagi orang yang melakukannya .

Sekarang dapat kita lihat permasalahan tersebut dalam ajang sepakbola terbesar di dunia yaitu Piala Dunia 2022. 

"Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung". Sebuah pepatah lama yang tentunya sudah begitu familiar bagi kita semua. Pepatah ini memberikan makna mengenai pentingnya menjunjung tinggi budaya serta adat istiadat daerah setempat. Demikian halnya dengan Piala Dunia yang baru-baru ini digelar sejak tanggal 20 November 2022 kemarin. 

Piala Dunia yang digelar di Qatar memberikan banyak polemik di beberapa kalangan. Hal ini dikarenakan Qatar merupakan negara Islam sehingga aturan ketat yang ditetapkan oleh Qatar didasarkan pada nilai dan ajaran agama Islam. Dalam aturan tersebut Qatar menetapkan beberapa larangan keras seperti larangan melakukan seks bebas, larangan mabuk di tempat umum, larangan menyuarakan pandangan LGBT, dan lain sebagainya yang dianggap melanggar syariat-syariat Islam.

Nah, pada artikel kali ini kita akan lebih berfokus membahas mengenai larangan menyuarakan pandangan LGBT yang ditetapkan oleh Qatar . Larangan - larangan ini salah satunya bisa dilihat dari dilarangnya setiap kapten tim untuk menggunakan ban kapten bercorak pelangi . Penggunaan ban kapten seperti ini sudah banyak digunakan oleh tim-tim eropa sebagai simbol dukungan keberagaman bagi keberadaan orientasi seksual lesbian, gay, biseksual, dan transgender ( LGBT ) .

Bagi beberapa pengunjung dan tim-tim terutama dari kalangan nonmuslim menganggap aturan yang ditetapkan oleh Qatar melanggar hak asasi mereka sebagai manusia. Mereka beranggapan bahwa sebagai manusia mereka memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan mereka sendiri terutama dalam melakukan seks bebas, mabuk, dan menyuarakan LGBT. Namun, bagi Qatar yang notabenenya adalah negara islam tentu hal tersebut melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan. Sehingga hal inilah yang menjadi perdebatan dikalangan beberapa pihak. Manakah yang menjadi prioritas dalam kasus tersebut? Hak para pengunjung yang menganggap mereka bebas menentukkan pilihan mereka atau kewajiban mereka dalam menaati peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah Qatar?

Menanggapi hal tersebut, presiden FIFA, Gianni Infantino, memberikan pendapatnya terhadap berbagai kritikan pedas yang diberikan oleh banyak media - media eropa terhadap penyelenggaraan Piala Dunia 2022. Tak hanya itu, FIFA juga dinilai telah melakukan tindakan diskriminatif terutama terhadap kelompok LGBT. Presiden Federasi Sepak Bola Internasional FIFA Gianni Infantino pada Sabtu, 19 November 2022 mengatakan ia merasa menjadi gay, menjadi seorang perempuan, menjadi pekerja migran. Pernyataan ini disampaikannya dengan nada berang, menanggapi kecaman terhadap catatan hak asasi manusia Qatar -- yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. 

Menyimpulkan apa isi yang disampaikan oleh presiden FIFA, bahwa setiap negara yang bertanding di Piala Dunia 2022 tetap harus mengikuti peraturan apa saja yang telah diminta oleh tuan rumah. Hal ini juga didukung dengan pemberian denda dan kartu kuning kepada tim yang tetap menggunakan ban kapten one love bercorak pelangi tersebut . Tetapi masih banyak negara - negara eropa yang tetap berpegang teguh dengan pendirian bahkan mereka siap untuk menerima sanksi dan membayar denda . Walaupun pada akhirnya beberapa negara tetap mengikuti aturan dari FIFA tersebut .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline