Lihat ke Halaman Asli

Reyhan Yunus

Pelajar Sepanjang Masa

Pada Akhirnya, Ini Adalah Pilihan

Diperbarui: 16 Agustus 2023   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Kaskus.co.id 

Sejak memijakkan kaki pertama kali di Benua Etam pada 4 Maret 2023, banyak cerita dan kisah perjalanan hidup yang saya kira akan menjadi memori jangka panjang. Mulai dari pertemuan dengan orang -- orang baru, penyesuaian lingkungan yang lumayan buat shock terutama dengan harga kebutuhan hidup, gaya komunikasi dengan berbagai sifat dan karakter manusia, hingga perpisahan dengan beberapa orang yang saya kira akan menjadi teman dekat.

Awal mula di Benua Etam, saya bertemu dengan rekan -- rekan kerja yang punya jenjang karir cukup mengesankan. Saya sudah mulai membangun relasi dengan mereka yang punya kuasa, mereka yang tidak jauh usia nya dengan saya tapi sudah punya ilmu, prestasi, dan ide cemerlang , mereka yang jago olahraga nya, hingga mereka yang bukan siapa -- siapa tetapi menganggap saya sebagai keluarga. Menyadari hal tersebut, sebenarnya pengalaman yang sangat berharga dan menyenangkan, tetapi entah mengapa saya merasa tidak tenang didalamnya. Sesuatu yang menjadi tujuan saya justru kurang tercapai. Atau mungkin saya yang tidak tahu tujuan saya sebenarnya?

Sebelum berangkat ke tempat ini, saya punya pemikiran yang menurut saya agak berbeda dan mungkin terkesan "pecundang" bagi sosok -- sosok yang punya keahlian. Saya berpikir untuk tidak terlalu lama bekerja dalam posisi yang sama dan menyegerakan untuk melanjutkan pendidikan. Kebetulan di instansi saya bekerja, karyawan nya diberikan fasilitas untuk melanjutkan pendidikan dibawah naungan instansi tersebut. Bagi beberapa karyawan lainnya, hal ini adalah prioritas utama dalam awal -- awal memulai karir.

Sebutannya saja fasilitas, bukan fasilitas publik. Melanjutkan pendidikan dibawah naungan instansi tidak dapat diperoleh semua karyawan. Hanya untuk karyawan tertentu saja yang memiliki prestasi atau kontribusi positif yang signifikan kepada instansi dan tentunya sudah mendapat rekomendasi. Menimbang bahwa saya berada di lingkungan para ahli, sedikit membuat nyali saya ciut bahwa tujuan saya tidak akan tercapai. Harus diakui, bahwa saya menjadi pecundang.

Apakah hal itu sangat mempengaruhi? Tentu. Mendapatkan rekomendasi dari atasan saja mungkin sudah sulit.

Bukannya kalau kamu ada dilingkungan itu, kamu juga bisa berkembang? Tentu bisa berkembang. Tetapi saya mengira bahwa perkembangan itu sebatas itu -- itu saja.

Memangnya kalau diluar lingkungan itu, kamu sudah pasti berhasil? Belum tentu dan mungkin jadi lebih gagal. Hal ini lah yang saya takutkan.

Seolah - olah ini jadi dua pilihan hidup, tetap bertahan atau keluar dari lingkungan ini. 

Menanggapi semua dilema tersebut, saya berani untuk meninggalkan kekhawatiran dan teguh memilih jalan yang kesannya "lebih sulit". Saya keluar dari zona yang mungkin bisa membuat saya berkembang dan masuk ke zona dimana hanya saya yang dapat mengembangkan kemampuan dengan kemauan diri sendiri. Bagi saya, hal ini menjadi tantangan tersendiri dan entah mengapa saya justru merasa lebih senang.

Saya meminta untuk dipindahkan ke tempat lain namun tetap dalam satuan instansi yang jumlah personil karyawan lebih sedikit, kompetisi untuk rekomendasi lebih sedikit, dan waktu mengembangkan potensi diri mandiri lebih banyak. DI lingkungan ini, saya dapat menjadi diri sendiri dan meminimalisir pemakaian "topeng" kepada karakter manusia tertentu yang tidak cocok bagi saya (beberapa diantaranya ada di tempat sebelumnya).

Semua nya kan pilihan. Semua nya juga punya konsekuensi. Semua nya bisa gagal dan bisa berhasil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline