Lihat ke Halaman Asli

Reny A

Mahasiswa Magister Agribisnis/Universitas Muhammadiyah Malang

Buka Mata: Ada Peluang Agribisnis di Dalamnya

Diperbarui: 25 Januari 2022   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kebutuhan mendasar manusia untuk hidup sehat dan produktif adalah pangan. Kebutuhan pangan sendiri tidak semata hanya beras sebagai sumber karbohidrat, namun juga kecukupan protein, mineral dan vitamin menjadi penting bagi pertumbuhan anak, remaja dan generasi X, Y dan Z.

Generasi Z adalah generasi yang lahir tahun 1996-2010 setelah generasi milenial atau generasi Y. Generasi Z merupakan generasi yang berkaitan erat dengan teknologi. Generasi Z tumbuh dengan teknologi, internet dan media sosial, yang terkadang menyebabkan mereka di cap sebagai pecandu teknologi, anti sosial atau pejuang keadilan sosial.

Mereka adalah aset negara dan masa depan bangsa. Kecukupan pangan dan gizinya dibutuhkan agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun coba perhatikan, apa yang mereka makan saat ini?

Seiring dengan perkembangan jaman dan habitus digital yang melekat hampir setiap hari, konsumsi pangan sebagai sumber kebutuhan tubuh, menjadi terabaikan. Konsumsi pangan lebih dipengaruhi oleh gaya hidup (life style) dan prestige. Media Sosial berpengaruh sangat signifikan sebagai media informasi dan komunikasi di semua sektor, mulai dari hiburan, pendidikan, daily bahkan kuliner dan cara mengkonsumsinya.

Fenomena konsumsi pangan remaja saat ini merupakan peluang usaha agribisnis bagi pelaku usaha yang jeli melihatnya. Bayangkan saat ini konsumsi ikan dalam kondisi mentah menjadi tidak menarik untuk dimakan atau dibeli. Remaja akan lebih suka konsumsi dimsum sebagai gantinya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan gizi menjadi nomor dua setelah keinginan (desire), prestige dan existing.

Prestige menurut kamus terjemahan adalah gengsi. Gengsi menurut KBBI adalah kehormatan dan pengaruh, harga diri, martabat. Di dalam kehidupan sehari hari sudah sering kita mendengar kata gengsi. Kata tersebut merujuk kepada harga diri, martabat seseorang sebagai bentuk penghargaan kepada individu. Sedangkan eksistensi atau keberadaan (existere) disusun dari ex yang artinya keluar dan sistere yang artinya tampil atau muncul. Terdapat beberapa pengertian tentang keberadaan yang dijelaskan menjadi 2 pengertian. Pertama, keberadaan adalah apa yang ada. Kedua, keberadaan adalah apa yang memiliki aktualitas. Hal ini membuat manusia muncul(eksis) saat individu merasakan kehadirannya dilihat dan dibutuhkan. 

Contoh, merebaknya Starbuck Coffe Shop dan Korean Street Food di Indonesia adalah salah satu fenomena pilihan konsumsi pangan remaja saat ini. Mereka menawarkan makanan “kekinian”, fenomoena  ini menunjukkan bahwa selain kebutuhan konsumsi pangan, keinginan (desire) konsumsi juga menjadi pertimbangan bagi pelaku usaha kuliner.

Peluang Agribisnis dalam sektor makanan atau kuliner menjadi sangat nyata dan luas karena dibutuhkan setiap hari, selain sebagai kebutuhan mendasar juga telah merambah menjadi kebutuhan gaya hidup. Dalam Coffe Shop, komoditas utama yang dijual adalah kopi. Sedangkan dalam Korean Street Food, hampir semua jenis panganannya terbuat dari bahan olahan ikan. Potensi usaha pengolahan hasil pertanian, perikanan dan perkebunan perlu mendapatkan perhatian khusus pemerintah, karena jika dikelola dengan baik dan terintegrasi, peluang agribisnisnya cukup tinggi.

Agribinis sendiri adalah kegiatan di sektor pertanian dimana organisasi dan manajemennya dirancang untuk memperoleh nilai tambah komersial melalui aktifitas pra usahatani, usahatani/produksi dan pasca usahatani (pengolahan/agroindustri dan pemasaran). Menurut Downey dan Erickson, agribisnis meliputi seluruh sektor bahan masukan, usahatani, produk yang memasok bahan masukan usahatani, penanganan pasca panen/ prosesing, penyebaran dan penjualan produk kepada konsumen akhir. Generasi Z dapat memulai bisnisnya dari setiap tahapan produksi agribisnis dari hulu sampai dengan ke hilirnya.

Menurut Agung Purnomo (2019), beberapa alasan  Generazi Z memilih jalur usaha karena tidak mau dibatasi, kuliah bukan jaminan sukses, situs layanan freelance, media sosial dimana-mana, akses melimpah. Dengan teknologi, internet dan media sosial, generasi Z memiliki preferensi untuk memulai wirausaha. Salah satu usaha yang digeluti dan diminati Generasi Z adalah home industri atau UMKM. Geliat UMKM di Indonesia juga akan mendukung pemulihan ekonomi di masa pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline