Lihat ke Halaman Asli

Komodo dan Nasionalisme Buta

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock



***

Di tengah minimnya kabar baik disekitar kita, berita soal Komodo masuk sebagai salah satu nomine 7 Keajaiban Dunia Baru oleh
New 7 Wonders of Nature tentu membawa angin segar. Bagi banyak orang, ini ibarat Oase di gurun pasir, sebuah kebanggaan di tengah berbagai himpitan.

Maka, berbondong-bondonglah berbagai figur publik menyerukan agar bangsa Indonesia menunjukkan nasionalismenya lewat mendukung komodo. Caranya? Dengan mengirim SMS Premium ke 9818

Pendukung kampanye ini tidak main-main. Mantan wapres Jusuf Kalla didaulat menjadi duta resmi pemenangan Pulau Komodo. Dari DPRD Manggarai Barat, sembilan hakim agung Mahkamah Konstitusi, MPR, berbagai pimpinan media massa dan pengusaha nasional, selebritas semacam Fadli 'Padi' dan RAN, Slank, bahkan sampai Presiden SBY pun menyerukan dukungan.

Jusuf Kalla memperkirakan, Pulau Komodo membutuhkan 30 juta suara untuk menang. Nah, sudah berapa banyak dukungan yang diperoleh Pulau Komodo sampai sekarang? Ketua Pendukung Pemenangan Komodo, aktivis lingkungan Emmy Hafild mengaku saat ini pendukung Komodo sudah mencapai puluhan juta, meskipun tidak boleh disebutkan detail berapa tepatnya voters yang mendukung Komodo.


Alasannya, "Peraturan dari panitia penyelenggara The7Wonders melarang peserta memberikan rincian voters karena kompetisi ini tidaklah menggunakan penghargaan juara satu, dua dan tiga," Jelas Emmy Hafild kepada media


Maladewa termasuk salah satu negara yang masuk dalam nomine 7 Keajaiban Dunia Baru ini, tapi kemudian memutuskan mundur. Alasannya? Seperti tercantum dalam situs resmi pemerintah Maladewa, bahwa penyelenggara tidak transparan dalam menjelaskan bagaimana cara mereka menghitung dukungan.


Itu baru satu alasan. Yang lainnya adalah biaya-biaya tak terduga yang terus meningkat jumlahnya. Mereka menyebut harus membayar sponsor platinum mencapai $350 ribu, dua biaya sponsor emas dengan total $420 ribu, mensponsori tur dunia dengan menerima kunjungan delegasi, menyediakan perjalanan balon udara, penerbangan, akomodasi, kunjungan wartawan, biaya $1 juta dolar bagi penyedia layanan telepon untuk berpartisipasi dalam kampanye New7Wonders, dan $1 juta lagi agar maskapai Maladewa bisa menempelkan logo New7Wonders di pesawat-pesawat mereka.


Biaya jutaan dolar ini tentu sangat besar untuk sebuah predikat 'ajaib'. Toh selama ini reputasi komodo sebagai tujuan wisata dunia juga sudah diakui masyarakat Internasional.


Selain itu, bukankah biaya jutaan dollar itu akan jauh lebih bermanfaat jika digunakan untuk membiayai program-program yang bersentuhan dengan rakyat?. Ini alih-alih menggelontorkan dana untuk rakyat, malah sebaliknya berpromosi supaya rakyat gencar mengeluarkan duit untuk mengirim SMS.


Yang perlu diingat lagi, bahwa lembaga New7Wonders yang mengadakan kompetisi ini sama sekali tidak terhubung dengan lembaga UNESCO di bawah PBB. Dengan kata lain, reputasinya meragukan.


Lantas, kenapa kita masih ngotot memenangkan komodo dalam kompetisi yang tidak jelas cara penjuriannya ini? Yang jika kita menang pun, kita masih harus membayar biaya yang jumlahnya selangit?


Sebegitu hauskah kita akan pengakuan Internasional dari lembaga yang reputasinya tidak jelas? Apa yang menurut Anda membuat berbagai tokoh publik seolah terbutakan akan fakta-fakta yang tersedia dan secara membuta mendukung komodo? Menurut saya sederhana, Pemilu 2014! [fr]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline