Lihat ke Halaman Asli

Berharap Pada Peran Mahasiswa

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

13 Tahun sudah masa-masa dimana Mahasiswa bersama elemen masyarakat telah berhasil menggulingkan pemerintahan otoriter. mahasiswa meninggalkan rutinitas dan kenyamanan perkuliahan. Mahasiswa menjadi bagian dari puluhan ribu massa yang memadati gedung MPR/DPR. Asa untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis menyatukan mahasiswa. Atribut elemen pergerakan dilebur atas nama reformasi. Atas dasar perjuangan dan keberpihakannya mahasiswa hingga kini dikenang sebagai salah satu motor penggerak reformasi. Kini, kehidupan berbangsa dan bernegara dirasakan semakin demokratis. Kebebasan menyuarakan pendapat dan berorganisasi dapat dinikmati oleh rakyat. Pemilihan umum (Pemilu) diselenggarakan dengan demokratis. Namun, demokrasi kita ternyata dibajak. Reformasi yang diperjuangkan justru dinikmati oleh para penjagal. Kebebasan menyuarakan pendapat dikendalikan oleh media massa milik para milyarder. Pemilu menjadi ajang “bancakan” parpol dan politisi. Mereka mengobral janji tanpa implementasi. Sebut saja para anggota dewan yang berjanji menyelesaikan RUU Fakir Miskin justru asyik berplesir dengan dalih studi banding. Atau para pejabat negara yang berkongsi dengan para cukong untuk mengerat uang negara. Contohnya kelindan gayus dengan puluhan pengemplang pajak. Dana pendidikan pun tak luput dari serangan para penjagal. Carut-Marut Pendidikan Pendidikan seharusnya mengajarkan tentang baik dan benar. Pendidikan yang dikelola dengan para birokrat kotor, akan sangat membahayakan. Membahayakan bagi keuangan negara juga pada pembangunan mental bangsa. Sulit rasanya mengajarkan kebaikan pada peserta didik jika para birokrat pendidikan justru menjadi mengerat dana pendidikan. Gelontoran dana triliunan rupiah tak sampai pada peserta didik. Pendidikan tetap saja mahal bagi mereka yang miskin. Rata-rata untuk pendidikan dasar, siswa masih dibebani dengan biaya buku, biaya seragam, biaya ekstrakulikuler dan banyak lagi biaya lainnya. Biaya pendidikan mahal tidak hanya terjadi pada pendidikan dasar. Biaya pendidikan di perguruan tinggi jauh lebih mengerikan. Biaya berkisar puluhan sampai ratusan juta. Biaya tersebut merupakan biaya masuk. Belum termasuk biaya per semester. Jika dikalkulasikan seorang calon mahasiswa harus berpunya saat akan masuk sampai akhir masa kuliah. Rasanya amat miris. Amat sering kita mendengar pidato soal gelontoran dana untuk pendidikan. tapi pendidikan tetap saja mahal. Dugaan adanya praktik kotor pengelolaan dana pendidikan kembali mencuat. BPK mengeluarkan dua laporan yang mengejutkan. Pengelolaan aset pendidikan Indonesia amat buruk. BPK mengeluarkan laporan disclameir untuk pengelolaan aset oleh Kementerian Pendidikan Nasional. BPK juga melansir bahwa terdapat 43 rekening liar milik Kementerian Pendidikan Nasional senilai Rp26,44 miliar. Jumlah tersebut diperoleh dari pemeriksaan BPK tahun 2010 dan 2011. Sejumlah rekening liar tersebut berada di lingkungan perguruan tinggi. Dua laporan tersebut semakin menguatkan dugaan penyelewenangan dana pendidikan telah terjadi. Beberapa waktu silam. Audit BPK beberapa waktu silam menyatakan bahwa 6 dari sepuluh sekolah menyimpangkan dana BOS dengan rata-rata penyimpangan Rp 13,7 juta persekolah. Tidak hanya pada level nasional. Pengelolaan dana pendidikan pada level lokal pun bermasalah. Di sejumlah daerah, para pejabat daerah ramai-ramai mengeruk uang buku ajar Saatnya Mahasiswa Berperan Saat demokrasi dibajak, dimanakah mahasiswa? masihkah mahasiswa menjadi garis terdepan penjaga reformasi?. Ternyata mahasiswa mengalami permasalahan serius. Mahasiswa harus menghadapi sistem pendidikan yang amat mengekang. Pendidikan tidak dimaknai secara menyeluruh. Pendidikan hanya dimaknai melalui kelas-kelas konvensional. Padahal para pejuang bangsa tidak dibentuk dari rutinitas-rutinitas kelas. Para pejuang bangsa dibentuk dari kedekatannya dengan masyarakat. Merekalah para mahasiswa yang mampu mengimplementasikan ilmu melalui gerakan memperjuangkan hak-hak rakyat. Pembajakan demokrasi harus segera dihentikan. Rasanya hampir  tidak mungkin berharap kepada para politisi untuk Indonesia yang lebih baik. Harapan hanya dapat diletakkan pada mahasiswa. Mahasiswa dengan landasan intelektual dan basis moralnya menjadi modal utama. Mari bersama berjuang untuk menorehkan sejarah emas, dan selalu menyuarakan keadilan. Hidup Mahasiswa Indonesia!!!Hidup Rakyat Indonesia!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline