Disruption adalah Inovasi yang dibutuhkan atau kebaruan-kebaruan atas "produk lama" dan harus dihadapi oleh guru dengan melek teknologi. Jika guru memberi siswa tugas membuat makalah dan mereka mencarinya di google, mereka hanya mengganti nama/identitasnya. Tapi Karena guru kurang tahu teknologi, Ia percaya bahkan kagum karena hasilnya bagus. Fenomena ini bukanlah guru di era disruption yang dimaksud. Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi era disrupsi digital dan teknologi ini, yaitu:
- Meningkatkan Kualitas dan Kapabilitas SDM
- Melakukan Transformasi ke Arah Digital
- Berinovasi Memanfaatkan Teknologi Terkini
Lalu bagaimana guru caranya menjadi guru di era disruption? Banyak membaca buku, informasi, jurnal, dan karya tulis ilmiah. Pengembangan diri guru disruption harus selalu di-update dan jangan sampai terhenti. Menggunakan power poin bingung dengan slide, pakai excel tidak bisa menggunakan rumus, gunakan word belum bisa menggunakan mouse. Jika keadaannya seperti itu, jelas bukan guru disruption.
Guru disruption pasti bisa microsoft office. Karena Ia tak sekadar berbicara di depan kelas. Ia mampu mengelola kelas secara manual atau online. Ia mampu meng-upload materi/bahan ajar ke sistem. Tidak menyuruh siswanya yang meng-upload-kan. Ia juga aktif dalam pembelajaran secara online dengan membuat grup-grup diskusi. Ia aktif menjawab setiap pertanyaan oleh siswa di grupnya.
Setiap harinya ada sesuatu yang baru. Mengapa? Karena ia rajin membaca. Tak semata-mata mengajar bersumber dari LKS (Lembar Kerja Siswa) yang dibeli dari penerbit. Ia justru, aktif menulis/membuat LKS/modul sendiri, karena sesuai dengan kebutuhan mengajarnya. Materi-materi yang ia sampaikan bisa diterima oleh siswa, karena ia sudah mengidentifikasi / menganalisis kebutuhan materi yang akan disajikan.
Jika gurunya tidak siap di era disruption, pastinya akan terjadi petaka di dunia pendidikan. Menurut saya, disruption bagi guru solusinya adalah pengembangan diri. Bagaimana pendidikan akan maju, jika masalah disruption saja tidak mampu menangani. Inovasi dan pembaruan itulah kuncinya.
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh guru yang bisa diterapkan pada era disruptive, diantaranya :
- Push Beyond Comfort Zone (Keluar dari zona nyaman)
Pendidik bisa menerapkan pola ajar dengan bentuk student centered learning dan remote learning pada aktivitas mengajar. - Works Toward Well Defined, Specific Goals (Bekerja dengan target atau capaian yang jelas)
Pendidik bisa memberikan materi atau tugas yang esensial, dengan tujuan yang clear, dan bisa ditangkap dengan baik oleh siswa. - Focus Intently on Impactful Activities (Fokus memberikan aktivitas yang bermakna dan berdampak)
Guru sebagai pendidik bisa bertanya kepada mahasiswa tentang penerapan guru, role play & simulation, problem based learning, remote learning, collaborative learning, atau research based learning pada aktivitas belajar yang telah diberikan kepada mereka. - Receive and Respond High Quality Impact (Menerima dan Memberikan feedback berkualitas)
Guru bisa mengajak untuk membuat refleksi dan memberikan masukan / saran untuk mengembangkan teknik pendidikan yang lebih baik ke depannya. Selain itu, juga harus membiasakan memberikan feedback atas tugas -- tugas agar mereka tahu di titik mana mereka harus memperbaiki kesalahan atau mempertahankan hal yang sudah bagus. - Develop Mental Model of Expertise (Membentuk mental model seorang expert)
Guru menerapkan pola pikir yang menjadikan siswa expert setelah keluar dari kelas. Menggunakan expertise mental model ini secara langsung dan tak langsung akan membuat standar belajar dan mendidik naik.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka sangat penting bagi guru untuk terus meningkatkan kemampuan diri, mengikuti dan memanfaatkan teknologi untuk berinovasi dalam pembelajaran. Supaya hasil yang diperoleh lebih maksimal dan update.
Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H