Pertemuan tahunan Sidang Majelis Umum PBB yang ke-74 tengah digelar di New York. Salah satu isu yang hangat dibicarakan dalam pertemuan tersebut adalah skala ketegangan yang meningkat di Timur Tengah akibat adanya serangan drone ke dua fasilitas minyak Aramco, Arab Saudi pada sabtu (14/9) lalu.
Dilansir dari Reuters, pada senin (23/9) tiga negara yakni Inggris, Perancis dan Jerman dalam joint statement yang dirilis Perancis, menyalahkan Iran atas serangan yang terjadi.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Presiden Perancis Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan bahwa Iran bertanggung jawab atas serangan itu dan meminta Tehran untuk setuju dalam negosiasi program nuklir dan misil serta masalah keamanan regional.
"Ini waktunya bagi Iran untuk menerima kerangka kerja negosiasi jangka panjang terhadap program nuklir serta masalah keamanan regional termasuk di dalamnya program misil."
Ketiga negara mengatakan mereka tetap berkomitmen dalam kesepakatan tahun 2015 mengenai nuklir Iran, tetapi menuntut Iran untuk mematuhi secara penuh setelah Iran mengingkari beberapa komitmen dalam kesepakatan tersebut.
Serangan sabtu pagi terhadap fasilitas minyak itu telah meningkatkan ketegangan antara Arab Saudi dengan Iran. Meski klaim serangan telah diambil oleh pemberontak Houthi di Yaman, namun Arab Saudi yang didukung AS menyatakan bahwa Iran dibalik serangan dan berjanji untuk serius menangani agresi teroris tersebut.
Meski telah membantah, Iran pada senin melalui Menteri Luar Negeri Javad Zarif kembali menolak tuduhan tersebut dengan menyatakan "jika Iran melakukannya, tidak ada yang tersisa dari kilang minyak itu," melansir dari Aljazeera. Zarif menambahkan bahwa tidak ada alasan untuk tidak mempercayai klaim pemberontak Houthi. Serangan tersebut dinilainya sebagai serangan yang memiliki presisi tinggi, dan berdampak rendah dengan tidak adanya korban.
'Terpojoknya Iran'
Sulit untuk memecahkan teka-teki serangan dimana semua aktor yang terlibat memiliki kepentingan masing-masing. Meski klaim telah dinyatakan Houthi, serangan ke fasilitas minyak Arab Saudi itu tetap dituduhkan pada Iran.
Ini bukanlah cerita baru, Houthi yang beraliran Syiah Zaidi dinilai memiliki kedekatan secara aliran kepercayaan dan juga pandangan politik. Selain itu, selama konflik Yaman, Houthi disebut-sebut telah menerima bantuan finansial dan persenjataan dari Iran.