Lihat ke Halaman Asli

Strategi Peningkatan Pendidikan Karakter: Integrasi Kurikulum dan Pengembangan Karakter Siswa

Diperbarui: 15 Mei 2024   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kualitas moral yang menurun dalam kehidupan manusia dewasa ini terutama di kalangan siswa karena pendidikan karakter yang buruk di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan karakter menjadi penting untuk diterapkan dalam kehidupan di era digital saat ini, ketika semua orang dapat mengakses informasi dari mana saja. Pendidikan karakter siswa sangat penting dalam proses pendidikan karena berpengaruh langsung terhadap perilaku dan keputusan mereka di masa depan. Artikel ini akan membahas beberapa strategi yang efektif untuk meningkatkan pendidikan karakter melalui integrasi kurikulum dan pengembangan karakter siswa. Pendidikan karakter sekarang penting bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga di rumah dan di lingkungan sosial. Namun, banyak orang tua lebih memperhatikan kecerdasan otak daripada pendidikan karakter.

Peserta pendidikan karakter sekarang bukan lagi anak-anak usia dini hingga remaja, tetapi juga orang dewasa. Sangat penting untuk kelangsungan hidup negara ini Bayangkan kompetisi apa yang akan muncul dalam beberapa tahun mendatang. Itu pasti akan menjadi tantangan bagi kita dan orangtua di masa depan. Saat itu, anak-anak modern akan bersaing dengan rekan-rekannya dari seluruh dunia. Bahkan kita yang masih akan bekerja pada tahun itu akan mengalami perasaan yang sama. Sangat penting untuk memenuhi tuntutan kualitas sumber daya manusia pada milenium mendatang.

Sistem penamaan nilai-nilai karakter disebut pendidikan karakter. Ini mencakup komponen pengetahuan, kesadaran, dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut terhadap siapa pun, termasuk Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, dan negara. Perkembangan karakter individu seseorang dapat menghasilkan pengembangan karakter bangsa, tetapi karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, perkembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya tersebut. Artinya, perkembangan budaya dan karakter dapat dicapai melalui proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa mereka; oleh karena itu, pendidikan budaya dan karakter bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila pada peserta didik melalui pendidikan rohani, intelektual, dan fisik.

Tujuan dari strategi pendidikan karakter ini adalah untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik. Manifestasi pengembangan potensi ini akan membangun konsep diri yang membantu kesehatan mental. Strategi ini memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengembangkan bakat emas mereka sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Prestasi akademik siswa di sekolah dan tes intelengensia adalah dua cara yang umum untuk menunjukkan kecerdasan. Caranya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan fisik atau kemamuan motorik, atau cara sosial emosional.

Pertama, integrasi melalui pembelajaran tematis. Pembelajaran tematis adalah pendekatan pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan kompetensi dasar dan metrik dari berbagai mata pelajaran ke dalam satu kesatuan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran tematis adalah: (1) pemetaan kompetensi untuk mendapatkan gambaran kompreherensif dan utuh dari semua standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang digabungkan dalam tema yang dipilih; (2) menemukan dan menganalisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang sesuai untuk setiap tema; (3) membuat jaringan tema, menghubungkan KD dan indikator dengan tema sehingga tampak hubungan antar tema, kompetensi dasar, dan indikator.

Kedua, pembiasaan membantu integrasi. Pengkondisian dan pembiasaan untuk mengembangkan karakter dapat dilakukan dengan cara: (1) salam saat memasuki ruangan; (2) berdoa sebelum memulai pekerjaan untuk menanamkan nilai syukur; (3) kebiasaan memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbicara sampai selesai sebelum memberikan komentar; (4) kebiasaan angkat tangan saat hendak bertanya, menjawab, bependapat, dan hanya berbicara setelah dipersilahkan; (5) pembiasaan melaksanakan shalat berjamaah di sekolah.

Ketiga, integrasi melalui aktivitas tambahan. Kegiatan ekstrakuriluer meliputi: (1) pramuka: siswa dilatih dan dilatih untuk mengembangkan diri dan meningkatkan hampir semua sifat, seperti disiplin, jujur, penghargaan waktu, dan tenggang rasa; (2) palang merah remaja untuk menumbuhkan kepedulian sesama dan mengajarkan jiwa sosial dan percakapan sosial; dan (3) olahraga untuk mengajarkan nilai sportifitas, bukan hanya menang atau kalah, tetapi juga kerja keras.

Beberapa tindakan yang dapat diambil oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang ideal termasuk yang berikut. Pertama, melihat pengalaman siswa di sekolah melalui catatan komulatif. Kedua, melihat nama siswa secara langsung, seperti dari daftar hadir di kelas. Ketiga, perhatikan lingkungan pembelajaran dan peserta didik. Keempat, tugas harus jelas, mudah dan tidak rumit. Kelima, rencanakan kegiatan sehari-hari agar pembelajaran berjalan sesuai jadwal dan tidak menyimpang. untuk menjadi contoh bagi siswa dengan melakukan pembelajaran dengan semangat dan semangat. Terakhir, jangan terlalu monoton lakukan sesuatu yang berbeda dan bervariasi. Ini akan mendorong siswa untuk menjadi lebih disiplin dalam belajar mereka.

Untuk memulai membangun budaya dalam rangka membentuk karakter pada siswa, pertama-tama perlu membuat lingkungan yang berkarakter. Situasi dan kondisi tempat model diletakkan, serta penerapan nilai-nilai dasar sangat memengaruhi pembentukan lingkungan yang berkarakter. Pertama, penciptaan budaya vertikal. Kegiatan ini dapat dicapai dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan keagamaan di sekolah-sekolah ubudiyah, seperti sholat berjamaah, puasa Senin dan Kamis, membaca Al-Qur'an, dan doa bersama, dan lain sebagainya.

Kedua, menciptakan budaya horizontal. Sekolah dianggap sebagai intuisi sosial, yang dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis hubungan berdasarkan struktur hubungan antarmanusia: (1) hubungan atasan-bawahan; (2) hubungan profesional; dan (3) hubungan sederajat atau sukarela yang didasarkan pada prinsip-prinsip positif, seperti persaudaraan, kedermawanan, kejujuran, dan saling menghormati.

Untuk membentuk generasi yang memiliki karakter yang baik dan siap menghadapi tantangan di masa depan, pendekatan peningkatan pendidikan karakter melalui integrasi pengembangan karakter siswa dan kurikulum sangat penting. Guru, kepala sekolah, dan orang tua harus bekerja sama dengan cara yang efektif dan berkelanjutan dalam meningkatkan pendidikan karakter.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline