Lihat ke Halaman Asli

Revia Maulana

MAHASISWA

Hubungan Stres, Perilaku Makan dan Asuman Zat Gizi Dengan Status Gizi dengan Status Gizi pada Mahasiswa Tingkat Akhir

Diperbarui: 15 Oktober 2024   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

via Makassar terkini 

Stres merupakan respon tubuh terhadap perubahan kehidupan sosial , seperti tekanan mental atau beban kehidupan. sistem yang  terdapat stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai baik berupa respon fisiologis, psikologis, maupun perilaku dapat menimbulkan stress.

Beberapa faktor yang diketahui dapat menyebabkan stres, antara lain adalah keluarga, sosial, emosional, akademik, dan keuangan.Salah satu golongan umur yang banyak mengalami stres adalah mahasiswa.

Penelitian yang dilakukan di India menyatakan bahwa 43,6% mahasiswa dari total 250 subjek mengalami stres.

Hal ini dikarenakan mereka menerima berbagai macam stressor dari banyak pihak, seperti tuntutan mendapat IPK tinggi dari orang tua, tugas dengan deadline yang singkat, serta kegiatan sosial mahasiswa, seperti organisasi ataupun UKM untuk meningkatkan softskill.

 Ditambah apabila mahasiswa sudah di tingkat akhir, maka ada beban tambahan, yaitu mengerjakan skripsi sebagai syarat kelulusan.

Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan sebagai metode koping stres, seperti beribadah, meditasi, mendengarkan musik, menonton televisi, tidur, melakukan hobi, bercerita dengan orang tua atau teman dekat, olahraga, yoga, merokok, mengkonsumsi alkohol atau narkoba, menghabiskan waktu dengan melihat-lihat media sosial dalam waktu yang lama.

Salah satu metode koping stres lainnya adalah dengan makan. 

Makan sebagai metode koping stres memiliki arti mengonsumsi makanan bukan karena merasa lapar, namun untuk memuaskan hasrat karena merasa tidak sanggup menahan beban yang terjadi atau disebut dengan emotional eating. Emotional eating temasuk contoh perilaku makan tidak sehat yang dapat mempengaruhi kecukupan asupan zat gizi seseorang.


Pada saat mengalami emotional eating, seseorangcenderung memilih makanan yang tinggi energi dan lemak. Apabila kebiasaan ini terus menerus dilakukan akan menyebabkan kenaikan berat badan secara signifikan sehingga menjadi overweight ataupun obesitas. 

Sebaliknya, ada beberapa orang yang apabila sedang dalam keadaan stres mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sedikit atau bahkan tidak makan sama sekali. Apabila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka akan mempengaruhi berat badan. Berat badan yang tidak dikontrol akan mempengaruhi keadaan status gizi.


Pada saat stres, akan terjadi pelepasan beberapa hormon yang mempengaruhi perilaku makan serta asupan zat gizi. Perubahan hormon saat stres dapat menyebabkan obesitas. Saat mengalami stres, tubuh akan mengeluarkan corticotrophin releasing hormone (CRH) yang bekerja dalam menekan rasa lapar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline