Lihat ke Halaman Asli

Kerikil Penantian

Diperbarui: 21 Oktober 2024   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

by. pelangi zahra

Perihal hati, wanita memang mudah bawa perasaan (baper) dibandingkan lelaki. Akibatnya tak jarang ia sering tersakiti dan merasa dunia ini tidak adil baginya. Seakan wanita lupa akan berharganya dia. Sikap dan kelembutan yang menjadi ciri khas wanita terkadang tak jarang menjadi permainan bagi lelaki. Ya, walaupun para lelaki terkadang menepiskan fakta itu.

Problematika patah hati masih menjadi topik hangat dalam kehidupan wanita. Jika masalah ini sudah menyerangnya, ia bisa menjadi lupa kendali dan bahkan bersikap sangat bodoh. Mirisnya lagi ketika ia memilih mengakhiri hidupnya demi orang tercinta. Meang benar kata orang  ketika cinta sudah menjadi alasan seolah semua menjadi kehalalan.

Namun untung saja Zara tidak memilih jalan yang terakhir ini, pikiran warasnya masih berfungsi dengan baik sekalipun ia telah berkali-kali patah hati. Penyebabnya pun bermacam-macam, mulai dari mengagumi dalam diam bahkan yang sudah terang-terangan menjalin hubungan. Semua sama saja bagi Zara, membuat ia seolah enggan mengenal yang namanya laki-laki. Saat ini hanya ada dua orang laki-laki yang dapat ia percaya, yaitu ayah dan adiknya. Selain daripada itu, tampaknya Zara butuh untuk berfikir panjang terlabih dahulu.

Lika-liku kehidupan asmara yang selalu berujung tangisan telah menjadikan Zara wanita tegar. Banyak pelajaran yang telah ia dapatkan dalam mengarungi lautan cinta ini. Romantisme cinta yang begitu memanjakan mata hanya ada dalam kisah novel belaka. Hingga saat ini Zara tak juga menemukan seorang lelaki yang begitu tulus mencintai dirinya. Itulah alasannya mengapa Zara hingga saat ini masih betah menjalani hidup sendirian.

Mahalnya sebuah rasa kepercayaan terkadang tidak disadari lelaki. Ia lupa akan sebuah pepatah yang mengatakan bahwa hati wanita ibarat kaca. Walaupun sudah retak tetap bisa disusun kembali, namun tidak seperti semula. Itulah bukti akan baiknya ia, sekalipun disakiti namum tetap mampu memaafkan, tetapi tidak untuk memberikan kepercayaan lagi. Karena ketika sekali disakiti, luka itu akan tetap membekas sampai kapanpun.

Bagi Zara memberikan maaf pada orang lain memang menjadi keharusan. Pun dalam Agama sendiri ia telah diajarkan untuk melakukan hal tersebut. Namun lagi dan lagi lelaki sering memanfaatkan keadaan ini dan berulang kali mengulang kesalahan yang sama dengan dalih kekhilafan. Zara sudah bosan dengan semua tingkah lelaki yang ia hadapi. Baginya mereka sama saja, sekalipun ada perbedaan itu hanya sebelas dua belas. Gadis yang hobi menulis ini lebih senang menghabiskan waktunya dengan laptop dan buku daripada harus menghadapi para lelaki. Bukannya ia benci, hanya saja trauma itu belum sembuh seutuhnya. Butuh waktu yang panjang untuk ia bisa mengenal cinta lagi.

Bertemu dan berpisah dengan orang yang baru ia kenal terkadang membuatnya bosan. Ia selalu meminta pada Tuhan semoga segera dipertemukan dengan jodohnya saja. Namun Tuhan belum menghendaki itu semua, masih banyak yang mesti Zara selesaikan terlebih dahulu sebelum ia bertemu dengan jodohnya. Zara pun selalu berhusnuzon karena bagaimanapun rencana Tuhan lebih indah dari keinginannya. Yang mesti Zara lakukan saat ini adalah menjadi manusia terbaik di mata Tuhan agar kelak ia bisa mendapatkan jodoh yang terbaik pula.

Hampir 1 tahun belakangan ini Zura menikmati masa kesendiriannya. Hari demi hari ia habiskan dengan berbagai hal positif yang membuatnya bahagia. Ia baru sadar bahwa jauh sebelum membuat orang lain bahagia, ia mesti membahagiakan dirinya sendiri terlebih dahulu. Masa inilah yang Zara manfaatkan untuk hal itu. Ia mulai tidak peduli dengan ucapan orang yang selalu menanyakan perihal kapan menikah. Baginya semua telah Tuhan tentukan di waktu yang terbaik dan ia tak ingin terlalu merisaukan semua itu.

Zara pun menyadari betapa bodohnya ia masa itu. Membuang waktu dan tenaga dengan percuma demi orang yang tak jelas tujuannya. Ia benar-benar merasa tak percaya dengan apa yang pernah ia lakukan tersebut. Yang paling membuatnya terpukul ialah ketika ia memilih menjalin hubungan LDR dengan seseorang yang sama sekali belum berkomitmen untuk menikah. Dan alhasil lelaki itu akhirnya menikah dengan wanita lain dengan alasan sudah dijodohkan oleh orangtuanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline