Lihat ke Halaman Asli

Aku, Dia dan Surat Kapal

Diperbarui: 20 Oktober 2024   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

by pelangi zahra

Pukulan rebana terdengar jelas, bernyanyi merdu di telinga Hanum. Mengiringi sekelompok orang yang berjalan menuju sebuah rumah. Rumah yang kini telah disulap menjadi layaknya sebuah istana pesta. Dilengkapi dengan berbagai dekorasi bunga berwarna-warni, yang semakin membuat tenda biru itu terlihat begitu megah. Tatapan gadis yang bernama Hanum itu pun kemudian berpindah haluan. Ketika matanya melihat sebuah kapal kecil yang sedang dipegang oleh seorang pemuda. Kapal itu sangat menarik, dilengkapi dengan hiasan-hiasan di sekeliling tubuhnya. Beberapa kali pemuda itu terlihat menggoyang-goyangkan tubuh kapalnya, seolah-olah kapal itu sedang berlayar.

"Duhh, maaf buk. Maaf, aku tidak sengaja" tutur Hanum ketika tubuhnya telah menabrak seorang wanita paruh baya tepat di depannya.

Ibu itu hanya melirik Hanum dengan sekejap, lalu melanjutkan langkah kakinya menuju tujuan. Hanum pun hanya membalas dengan menunjukkan deretan giginya yang putih sambil mengikuti langkah kaki ibu tersebut. Kali ini Hanum harus berhati-hati lagi, agar tidak menambrak ibu itu untuk kedua kalinya.

"Ini gara-gara kapal itu, hihihihi" tutur Hanum dengan dirinya sendiri sambil tertawa geli.

Langkah mereka pun berhenti, ketika pengantin pria yang mereka iringi tadi telah sampai di depan pelaminan yang berwarna kuning keemasan itu. Dari pelaminan tersebut, turunlah seorang wanita cantik lengkap dengan aksesoris di baju kuningnya berjalan anggun mendekati sang pria. Di belakangnya tampak beberapa orang ibu-ibu yang mengiringi langkah wanita tersebut.

"Allahumma Solli Ala Saiyyidina Muhammad,......."

Suara shalawat itupun terdengar merdu, mengiringi langkah kaki kedua mempelai berjalan menuju ke pelaminan. Taburan beras kuning serta beberapa uang koin menjadi sanksi bisu bersatunya kebahagaian dua insan tersebut.

Mata Hanum kembali liar, ada yang hilang dari pandangannya. Tepat saja, gadis itu sendang mencari kapal yang sedari tadi telah mencuri perhatiannya. Kakinya melangkah dengan pasti, mencari tempat yang nyaman untuk berdiri. Tak diperdulikannya, baju kebaya birunya habis menyapu debu sedari tadi.

Seorang lelaki paruh baya tampak sedang berpantun ria sambil bersyair dengan merdunya. Hanum kembali tersenyum melihat kapal yang dicarinya sedari tadi tepat berada di samping lelaki tua tadi. Kapal itu semakin kuat bergoyang, bagaikan di terpa gelombang yang tinggi. Syair-syair yang dilantunkan oleh lelaki tua itu semakin membuat suasana menjadi sangat sakral. Hanum seakan dibuat tambah penasaran dengan apa yang telah dilihatnya sejak awal kedatangan tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline