Itu sabotase katanya. Ada yang mau sabotase nama baik saya dengan membuat Jakarta banjir, kata si ngkoh. Belum ada 5 menit berkoar-koar begitu , langsung ribuan armada cybernya menulis status dan menulis artikel untuk mempropaganda di media-media sosial : Terbukti Banyak Pihak yang tidak menginginkan Ahok menjadi Gubernur lagi dengan cara men-sabotase. Heboh sudah media-media sosial gara-gara Bungkus Kabel.
Faktanya kemudian berbicara lain. Ratusan Polisi dikerahkan untuk mencari siapa sang Penyabot itu. Ratusan Pasukan Lele dan Pasukan Kodok juga ikut dikerahkan.
Hasilnya kemudian ditemukan ber ton-ton bungkus kabel. Sudah dikumpulkan semua dan diangkut dengan menggunakan 23 Truk. Pencarian besar-besaran hampir selesai tetapi sang Penyabot belum berhasil ditemukan.
Ketika nalar sudah tidak bekerja, ketika logika tertutup dengan kekaguman yang luar biasa pada sang Dewa maka fakta sejelas apapun tidak dapat terpikirkan oleh mereka.
Coba tanyakan pada anak SMP sebagai berikut :
1. Bahwa Jumlah Bungkus Kabel sampai berjumlah 23 truk. Kalau ada seseorang/satu pihak yang menyabotase berapa waktu yang dibutuhkan untuk melakukan itu dan bagaimana caranya sampai tidak terlihat oleh siapapun?
2. Bungkus-bungkus kabel itu sudah bercampur sedimen lumpur itu artinya sudah berbulan-bulan hingga tahunan berada di gorong-gorong Jakarta. Siapa orangnya yang ingin menyabotase Ahok selama bertahun-tahun?
3. Disebut polisi ada beberapa senter yang terlihat baru dan ada tenda yang berada dalam gorong-gorong. Apa masuk akal ada yang nginep dalam gorong-gorong? Tentu tidaklah. Tenda dan senter itu sama dengan sampah lain yang bisa saja terbuang, hanyut dari mana-mana dan kemudian masuk ke dalam gorong-gorong. Hanya orang-orang yang tertutup logikanya saja yang tidak bisa memikirkan hal sederhana seperti ini.
Dan kesimpulannya hanya sederhana saja. Ahok dan para pendukungnya sedang menciptakan Isu. Mereka memainkan sentiment negatif untuk lawan-lawan Ahok. Ahok dicitrakan menjadi Pihak yang didzalimi sehingga masyarakat menjadi kasihan pada dirinya.
Imbasnya kemudian, Ahok diciptakan menjadi seperti SBY yang bisa popular dan menang pemilu karena dikasihani orang.
Seperti inikah cara-cara berpolitik modern? Punya moralkah cara berpolitik seperti ini?