Lihat ke Halaman Asli

Padri Hans

Rohaniwan, jurnalis, dan pemerhati masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya, seni, dan lingkungan hidup.

Beribadah atau Berbisnis?

Diperbarui: 22 Desember 2016   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yesus atau bisnis?

Saya memulai tulisan ini dengan mengutip firman Tuhan dalam Keluaran 31:13-16 yang berkata demikian, “Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu. Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya. Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN: setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati. Maka haruslah orang Israel memelihara hari Sabat, dengan merayakan sabat, turun-temurun, menjadi perjanjian kekal.”

 

Ayat di atas jelas menunjukkan bahwa Tuhan berdasarkan kedaulatan-Nya, memberikan kepada umat-Nya satu hari spesial supaya mereka datang beribadah kepada-Nya sebagai hari sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi Tuhan. Ini sesuatu yang sangat baik bagi umat-Nya setelah mereka enam hari bekerja dengan lelah, Tuhan memberikan satu hari istirahat sekaligus datang menyembah-Nya. Bisa dibayangkan kalau Tuhan meminta umat-Nya datang beribadah kepada-Nya enam hari dan hanya satu hari bekerja. 

 

Betapa beratnya umat Tuhan harus jalani perintah ini. Tetapi Tuhan sangat baik ia memberikan kesempatan umat-Nya bekerja enam hari lamanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani mereka. Sebab kebutuhan jasmani juga merupakan hal yang penting bagi kebutuhan manusia namun bukan yang  terpenting apalagi yang terutama. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengajarkan, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”(Matius 4:4)

 

Jadi , firman yang keluar dari mulut Allah, itulah yang terutama dalam hidup umat Tuhan bukan roti atau soal-soal mencari nafkah hidup. Karenanya Tuhan Yesus mengajarkan  dalam Matius 6:33-34, ”Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”  Ibadah kepada Tuhan menunjukkan manusia menghormati Tuhan sebaliknya melanggar perintah ini, artinya menolak untuk beribadah kepada Tuhan pasti dihukum mati.

 

Pada waktu hukum ini diberikan, memang siapa yang melanggar langsung dihukum mati. Sekarang tidak demikian, tetapi ancaman hukuman mati tidak berubah bagi orang yang menolak untuk menyembah Allah. Pada saat penghakiman-Nya kelak, Ia pasti akan menjatuhkan hukuman mati kepada siapa yang terus menolak untuk mengakui dan menyembah-Nya sebagai Allah Pencipta, Pemelihara, dan Penyelamat satu-satunya.  Allah sejatinya tidak menghendaki kematian umat-Nya dalam kekekalan, karena itu sampai sekarang, Allah terus berfirman supaya umat-Nya datang beribadah kepada-Nya. 

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline