Lihat ke Halaman Asli

Ormas Keagamaan Dalam Pancasila

Diperbarui: 20 Mei 2017   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah era reformasi, marak berdirinya ormas-ormas yang mengatas namakan keagamaan. Ormas dengan dalil dan berada di bawah agama "A", "B", "C" dan "D". Dan beberapa ormas itu bahkan ada yang memang dari agama yang sama. Nah, ini yang jadi pertanyaan? kok bisa?

Secara logika, kalau memang berasal dari agama yang sama, kenapa ormas-ormas ini mendirikan ormas dengan nama yang lain. Kenapa tidak menyatu saja menjadi satu ormas kalau memang seagama? Kalau memang maksud dan tujuannya / visi-misi sama. Sebagai orang awam, saya melihat ada beberapa faktor yang menjadi penyebab hal ini bisa terjadi.

Faktor Pertama, sebagai salah seorang penganut agama di Indonesia, saya melihat adanya salah kaprah tentang pemahaman agama/keyakinan. Indonesia adalah negara yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945. Negara ini sudah dibatasi dengan asas tersebut. Sebagai warga negara, "maaf" bukannya somse he he he, saya dari sejak Sekolah Dasar sudah mendapat yang namanya Pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila), dan Penataran P-4, harusnya sebagai warna negara yang baik, kita harus benar-benar memahami arti dari Pancasila itu. 

Salah kaprah tentang keyakinan yang dimaksud di sini adalah bahwa yang mayoritas adalah yang harus diikuti kemauannya, harus sesuai dengan yang mayoritas dan berbagai bla-blanya untuk yang minoritas ngikutin saja. Atau bahkan baik mayoritas dan minoritas merasa bahwa keyakinan mereka yang paling benar. Saya juga melihat bahwa setiap agama itu memiliki Nabi yang menjadi tauladan bagi pemeluk agamanya. Nah, pemahaman tentang keyakinan inilah yang menyebabkan timbulnya beberapa ormas yang bahkan berasal dari agama yang sama, yaitu merasa apa yang telah dipelajarinya, dipahaminya, dijalankannya itu yang paling benar, dan masing-masing pemimpinnya merasa seperti itu (berapa tahun jarak hidup mereka dengan Nabi mereka?), maka timbullah ormas-ormas yang berasal dari keyakinan yang sama. Terus kalau sudah seperti ini siapa yang harus diikuti?,,, masing-masing berpulang pada keyakinannya, percaya sama si A, B, C atau D, tapi sebaiknya percaya sama Allah SWT.

Faktor Kedua, beberapa hari yang lalu bapak presiden mengatakan, jangan satukan agama dan politik. Kalau orang dangkal pemahamannya / persepsinya pasti langsung kebakaran jenggot. Tapi, bagi yang bisa memahaminya betul juga apa yang sudah dikatakan beliau. Kenapa? Berbalik kepada Pelajaran PMP tadi. Pancasila.

Pancasila. siapa yang membuat dan merumuskan ? kenapa sampai dibuat yang namanya Pancasila?

Faktor Ketiga, Kepentingan Politik ajaran tertentu. saya mengatakan kenapa ajaran tertentu, karena kalau yang namanya organisasi masyarakat yang mengatas-namakan satu agama dan ada ormas-ormas lain dari agama yang sama berarti itu sudah mengedepankan kepentingan ajaran dan golongannya. Jadi, apa yang selama ini sudah diajarkan oleh gurunya, itu adalah yang paling benar, makanya banyak timbul ormas-ormas dari agama yang sama dan merasa paling benar. wallahu' alam

Melihat kenyataan ini, masyarakat bawah menjadi galau. Mereka menjadi bimbang dan penuh pertanyaan di benaknya, sebenarnya yang benar yang mana? semuanya sama satu agama, tapi kok beda pemimpinnya. Mungkin dari hal inilah maka bapak presiden mengatakan jangan satukan agama dan politik. Agama yah agama, jangan dijadikan kendaraan politik. Karena kalau kita hidup di Indonesia, agama adalah pegangan hidup masyarakat. 

Sebaiknya dalam berpolitik, janganlah agama dijadikan kendaraan. Berpolitik yah berpolitik, jangan menyinggung dan menghubung-hubungkan dengan ajaran dan keyakinan Agama. Dalam hal ini pemerintah juga harus tegas terhadap ormas-ormas yang mengatasnamakan agama. Karena itu sudah menuju kepada penggolongan-penggolongan, yang sudah jelas bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. 

Kalau memang "murni" mau berbuat baik dan mencari amal ibadah jadilah pemuka agama, seperti ulama, pendeta dll, dengan mengajarkan kitab dan meneladani apa yang telah di ajarkan oleh Nabi-nya masing-masing dan dilaksanakan di tempat ibadahnya masing-masing. Jangan jadikan tempat ibadah sebagai panggung politik. Karena masing-masing kitab yang berisi keyakinan dan pengajarannya itu sebenarnya semua bertujuan sebagai alat kedamaian di muka bumi.

sekian

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline