25 Juni adalah hari ulang tahun BJ Habibie, negarawan Indonesia yang berpulang 11 September 2019 di usia 83 tahun. Ananda Sukarlan bersama Giovani Biga, Bryant Gozali, Michael Anthony, dan soprano Pepita Salim memberikan tribute bagi BJ Habibie melalui kanal YouTube Budaya Saya.
Acara ini bukan hanya merupakan hadiah bagi peringatan Hari lahir BJ Habibie, tapi juga hadiah bagi masyarakat pencinta musik klasik.
"Seni dan teknologi bukanlah sebuah dikotomi," pesan Ilham Habibie, putra Habibie yang malam itu menyapa penonton daring yang bisa jadi menonton dari berbagai belahan dunia.
Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru dalam acara tersebut mengatakan bahwa acara ini merupakan cara untuk memajukan kebudayaan berdasarkan identitas kebudayaan Indonesia dengan menggunakan media baru.
Ananda Sukarlan mengenang, "Beliau adalah orang pertama yang membandingkan pembuatan musik saya dengan pembuatan pesawat." Bagi Habibie, pembuatan musik seperti juga pembuatan kapal terbang memerlukan mekanik dan pilot yang baik untuk bisa memperlihatkan kecanggihan pesawat yang didesain. Musik memerlukan pemain yang berbakat dan terbaik untuk memperlihatkan keindahan gubahan Musik itu sendiri.
Keindahan perpustakaan Habibie Ainun menjadi sempurna dengan kehadiran musik indah yang sangat merdu di telinga. Keindahan secara visual sekaligus auditori menyempurnakan malam ini.
Dibuka dengan persembahan Happy Birthday Remix no 4 oleh Ananda Sukarlan, acara ini bergulir memikat rasa keindahan penonton YouTube malam ini. Ananda terlihat bermain-main dengan memori penonton dalam pencampuran lagu-lagunya.
Ketika nada Plaisir d'Amour terdengar, tidak sedikit penonton di chat yang menyatakan kesukaan mereka akan lagu itu. Bahkan Ananda Sukarlan juga bermain dengan lagu yang kontemporer yang bisa jadi akan menyapa generasi milenial dengan lagunya 'The Angry Birds' Holiday in Bali".
Beberapa lagu Ananda Sukarlan sebenarnya sudah pernah saya dengar di kesempatan berbeda, tetapi tetap saja suasana berbeda di perpustakaan Habibie Ainun membuat suasana dan rasa lagu berbeda. Padahal, saya sedang di rumah, bersantai di atas tempat tidur saya, mendengarkan konser kelas dunia ini. Bayangkan, ke konser musik klasik kelas dunia tanpa perlu dandan dan berpakaian formal, tapi sepenuhnya tetap terbuai dalam keindahannya.
Penampilan Michael Anthony, pemain piano muda yang tunanetra dan autis, sangat memukau saya. Bukan saja karena kemampuan permainanan pianonya yang memang luar biasa, tapi juga karena nada-nada lagu Anging Mamiri dan Marencong-rencong, dua lagu dari Sulawesi Selatan yang sangat saya kenal sejak kecil menggelitik memoriku akan kota kelahiranku Makassar.
Konser ini memang memberikan peluang untuk menyapa orang-orang tanpa batas kota dan negara untuk mengenal atau kembali mengenal bagian dari Indonesia yang dihadirkan Ananda Sukarlan dalam lagu-lagu Rapsodia Nusantara.