Lihat ke Halaman Asli

Setelah Gempa 27 Mei 2006 Bantul Memilih Bupati

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah gempa 27 mei 2006 bantul dilanda gempa tektonik 5.9 SR kini dihadapkan kepada pemilihan pemimpin baru yaitu pemilihan Kepala Daerah. Pesta demokrasi (entah prakteknya Demokrasi tidak) akan digelar, dan kampanye-kampanye terselubung sudah dimulai(entah resminya kapan?) ke pelosok wilayah Bantul.

Yang menyenangkan sekarang, banyak orang baik, orang dermawan datang kemasyarakat. Apalagi kalau tidak ada maksud dibaliknya? Ya, mereka datang untuk meminta dukungan terhadap salah satu calon, dan apabila sudah tercapai tujuanya, bak tentara yang mentaati perintah komandanya "Balik kanan, gerak!" dan meninggalkan rakyat yang berbahagia, tidak menyadari bahwa dia sekarang sendiri lagi. Dan tinggal gigit jari meratapi janji yang dijanjikan oleh sang calon Bupati melewati seorang joki.

Tertipu lagi, adalah hal yang kerapkali dialami oleh rakyat. Tetapi warga bantul adalah warga yang sakti mandraguna, artinya tidak takut dan tidak peduli bahwa kali ini akan tertipu lagi. Bahkan dapat di slogankan lebih baik ketipu lagi daripada tidak, artinya warga tidak mengenyami yang namanya ilmu titen, mengapa? Karena warga tidak pernah niteni kalau ditipu, dan malah tenang-tenang saja yang penting ada uangnya. Dalam pilihan kali ini dijamin tidak ada money politik yang ditakutkan oleh praktisi hukum.  Yang ada adalah dana bantuan pensuksesan calon bupati, dan pergerakan dana pensuksesan ini kecepatanya melebihi kecepatan makhluk halus yang hanya sakedeping netro, jadi sangat sulit mendeteksinya tapi dapat dilihat jelas keberadaanya.

Alat deteksi dini bencana pembodohan ini, sistemnya super canggih daripada program mitigasi bencana dari negara luar, di Bantul alat ini tak dapat dioperasikan atau digunakan. Dan satu-satunya yang dapat dioperasikan di Bantul alat tersebut adalah hati nurani. Tetapi alat ini ada kelemahanya, alat tidak peka oleh malu. Maka apabila alat yang bernama hati nurani ini ditutupi kertas biru produksi BI, maka akan luluh dan tak akan dapat membedakan orang atau sapi.

Yang akhirnya terpilihlah seorang Bupati bukan yang dikehendaki, yaitu pemimpin bantul yang bukan handarbeni dan hangrungkebi tapi hangabehi. Selamat berpesta demokrasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline