Lihat ke Halaman Asli

Christopher.H

Pelajar SMA

Program Percepatan Guru Besar - Sebuah Kasus Yang Mengancam Kredibilitas Guru Besar Indonesia

Diperbarui: 17 Agustus 2024   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  Ketidakjujuran calon-calon profesor dan keterlibatan mahasiswa dalam Program Percepatan Guru Besar. Sebuah program yang awalnya bermaksud baik, diubah menjadi sebuah sarana eksploitasi. 


Kasus yang saya baca cukup menarik, bagaimana sebuah program yang awalnya bermaksud untuk mengatasi kekurangan jumlah guru besar di Indonesia, justru menjadi sebuah sarana untuk masuk cepat dengan cara yang tidak lazim. Program ini bernama Program Percepatan Guru Besar, yang pada awalnya menurut saya perlu diadakan di Indonesia. Saya merasa cukup kecewa, bagaimana sebuah program yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja akademis Indonesia justru menjadi sebuah kasus besar, sungguh memalukan bagi saya, karena hal tersebut merupakan sebuah refleksi akan karakter negara kita.

Program Percepatan Guru Besar telah diadakan sejak tahun 2017 oleh Universitas Hang Tuah di Surabaya, mengetahui jumlah guru besar di Indonesia yang hanya mencapai 2% dari total dosen aktif di dunia. Tidak lama kemudian, aksi-aksi pelanggaran etika akademis mulai terungkap, seperti perjokian karya ilmiah, pencatutan nama dosen lain tanpa izin, ataupun "ghostwriting" dimana seseorang dibayar untuk berkontribusi secara signifikan terhadap artikel, namun sengaja tidak diberikan kredit. Praktik ketidakjujuran ini cenderung melibatkan rekan-rekan dosen maupun mahasiswa yang lain. 

Program Percepatan Guru Besar dilakukan secara intensif tahun lalu karena mengejar perubahan peraturan (Kemendikbudristek) terkait kredit (dosen).Hal tersebut hanya mendorong calon-calon untuk melakukan tindakan ketidakjujuran secara massal. Sayangnya, hal ini berakhir menjadi hal yang cukup marak, walaupun sekarang sudah berkurang berkat tindakan dari pihak universitas dan pemerintahan. 

Sifat dosen maupun mahasiswa yang terlibat tidak jauh berbeda dengan hama tanaman di sebuah ladang. Atas tindakan ketidakjujuran mereka, integritas dan kredibilitas pendidikan di Indonesia dikorbankan, hanya demi keuntungan mereka sendiri. Sama halnya seperti para hama tanaman yang merusak dan mengancam tumbuhan-tumbuhan disekitarnya, demi kepentingan masing-masing tanpa memikirkan ekosistem lokal. 

https://theconversation.com/pelanggaran-akademis-warnai-perjalanan-menuju-guru-besar-di-indonesia-214079




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline