Lihat ke Halaman Asli

Florentina Retno Parwiyati

Simple life to be a better person

Mengenal Lebih Dekat Jemparingan Langenastro

Diperbarui: 19 Maret 2023   16:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar Jemparingan Langenastro/dokpri

Sekilas Tentang Jemparingan

Tahukah kamu tentang Jemparingan? Ya jemparingan adalah olahraga memanah khas Mataraman. Jemparingan sudah ada sejak lama menjadi bagian salah satu keahlian prajurit Keraton Mataram. pada awalnya Jemparingan hanya dilakukan oleh orang-orang di dalam tembok keraton, seperti raja dan keluarganya, para pangeran, pengawal raja, prajurit keraton dan  abdi dalem. Ketika Sultan Hamengku Buwono I mulai memimpin Keraton Kasultanan Yogyakarta, Jemparingan mulai dikenalkan kepada masyarakat luas diluar keraton.

Jemparingan ditujukan untuk membentuk karakter seseorang. Dengan Jemparingan diharapkan akan tumbuh karakter kesatria yang mempunyai sikap welas asih, mengalah namun pemberani. Jemparingan merupakan bagian dari olahraga sekaligus budaya Jawa khususnya Keraton Mataraman. Bahkan saat pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I, beliau sudah mendirikan sekolah khusus Jemparingan. Hal ini dilakukan karena beliau mengikuti anjuran Nabi Muhammad bahwa setiap orang hendaknya punya tiga keahlian yaitu memanah, berkuda dan berenang. 

Sekitar tahun 1700-1800 an Jemparingan tumbuh subur di tanah Mataram. Baik yang asli maupun yang mengadaptasi dari negara lain terutama Turki. Mengingat waktu itu terjalin silaturahmi yang harmonis antara Keraton Yogyakarta dengan Pemerintahan Turki. Bahkan jaman perang perebutan kekuasaan di tanah Jawa pangeran Diponegoro juga menggunakan anak panah sebagai senjata  dan melakukannya dengan berkuda. Pangeran Diponegoro juga menciptakan sebuah tembang macapat tentang Adab Jemparingan. Tembang ini biasanya dinyanyikan saat melihat para prajurit berlatih memanah. 

Panahan kalau dalam Bahasa Jawa menggunakan kata manah yang artinya hati. Hati menjadi pusat saat berlatih memanah. Sama halnya   dalam Jemparingan  fokusnya adalah mengolah rasa untuk bisa lebih tenang, mengenal karakter diri sendiri. Jemparingan bukan tentang menang kalah tapi tentang bagaimana bisa fokus ke sasaran dengan tepat tanpa emosi ataupun ambisi. Saat hati tenang dan pikiran fokus sesungguhnya target pasti tercapai. 

Kompasianer Jogja belajar Jemparingan bersama paseduluran Langenastro/dokpri

Jemparingan Langenastro

Ada banyak komunitas Jemparingan yang ada saat ini, salah satunya adalah Langenastro. Jemparingan Langenastro berdiri pada 18 Maret 2012, (Selamat Ulang Tahun ke 11 🎉) atas prakarsa masyarakat Kampung Langenastran Yogyakarta. Berawal dari keinginan untuk menghidupkan kembali tradisi sembari berolahraga dan berolahrasa. Jemparing sendiri berati anak panah. Terbuat dari  bambu dengan ujung besi baja yang digunakan oleh Keraton Yogyakarta sejak tahun 1934. Sedangkan Langenastro diambil dari nama kampung. 

Dahulu ini adalah kampung prajurit yang tinggalnya di dalam benteng keraton. Merupakan prajurit pengawal khusus Raja Yogyakarta. Prajurit pengawal ini disebut Langenastro sedangkan kampung tempat tinggalnya disebut Langenastran. Jemparingan Langenastro berkiblat pada tradisi dan mempunyai beberapa aturan tersendiri berbeda dengan olahraga panahan lainnya. 

Menggunakan pakaian adat Jawa, untuk pria mengenakan Surjan, jarik dan blangkon atau iket disebut juga udeng. Mempunyai makna Ben mudeng (supaya paham). Baik pria maupun wanita wajib mengenakan udeng. Sementara untuk pakaian wanita mengenakan jarik dan kebaya. Dilakukan dalam posisi duduk bersila. Duduk bersila mempunyai makna sejajar, untuk bersama-sama berolahraga dan berolahrasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline