Musik adalah bahasa universal yang mempersatukan tanpa melihat suku, agama dan ras
Nyanyian dalam Bahasa Jawa, Bali dan Sunda menjadi pembuka yang mengawali rangkaian puncak International Conference Sound of Borobudur (24/6) dengan mengangkat tema, "Music over Nations". Alunan suara merdu dengan iringan musik minimalis, langsung menghipnotis saya, mencoba mencerna arti tembang geguritan yang di suarakan.
Angan mulai melayang kapan terakhir saya mendengar suara alunan merdu tembang tradisional. Mungkin sudah lama sekali apalagi di acara besar bertaraf internasional. Rasanya tembang Indonesia menjadi lebih megah saat tampil di acara Dunia, seperti waktu saya melihat langsung penampilan kesenian Indonesia di Aichi Expo beberapa tahun silam.
Sound of Borobudur lahir dari pemikirann para seniman yang sangat jeli memperhatikan gambaran relief yang terpahat di Candi Borobudur. Dari ribuan relief yang ada ternyata ada beberapa pahatan yang menggambarkan kegiatan berkesenian nenek moyang Bangsa Indonesia pada zaman dahulu. Kegiatan berkesenian ini diperkirakan lahir seiring dengan terjadinya pertemuan dagang atau kegiatan berkumpul bersama, memainkan berbagai alat musik, menari dan bernyanyi.
Berbagai gambaran alat musik terpahat di Candi Borobudur menggambarkan aneka alat musik yang sekarang ada di Nusantara bahkan di belahan dunia. Membangkitkan pemikiran dalam benak saya ini lah bagian dari Wonderful Indonesia.
Penggambaran berkesenian dilakukan secara kelompok, dengan penuh ekspresi. Acara jamuan kerajaan semacam pesta atau selebrasi juga nampak terlihat di 40 relief Candi Borobudur. Dari sini sangat jelas terlihat betapa mengagumkan kegiatan nenek moyang kita berabad-abad yang lalu melalui kesenian. Kemegahan Indonesia jaman dahulu bukanlah bualan, tapi terekam dan tergambar nyata menjadi warisan budaya.
Tak heran jika International Conference Sound of Borobudur ini mendapat dukungan dari banyak pihak, terlebih dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno. Dalam pidatonya beliau menyampaikan kekagumannya akan kekayaan budaya nenek moyang Bangsa Indonesia. Musik adalah bahasa universal yang menyatukan tanpa melihat latar belakang suku, agama.
Musik menjadi diplomasi budaya melintasi bangsa-bangsa. Berdasarkan sejarah panjang kearifan lokal budaya Bangsa Indonesia, Borobudur menjadi suatu kekuatan dan magnet untuk menghidupkan kembali kejayaan masa lampau. Borobudur menjadi bukti nyata akan kekuatan besar leluhur kita. Candi Borobudur diharapkan menjadi pusat dimana segala kegiatan diawali dari masyarakat dan diakhiri oleh masyarakat.
Melalui konferensi ini diharapkan jiwa berkesenian bisa dihidupkan kembali di masyarakat sekitar Candi Borobudur. Kegiatan berkesenian melalui kelompok masyarakat atau sanggar seni bisa kembali hidup dan menghidupi masyarakat di sekitar. Mengembangkan potensi budaya menjadi daya tarik wisata sekaligus meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi untuk masyarakat sekitar Candi Borobudur.
Pembicara kedua adalah pengampu utama Yayasan Padma Sada Svargantara yaitu Ir. Purwa Caraka. Mendengar namanya tentu tak asing bagi saya dan anda semua. Seorang maestro musik yang tetap eksis dari zaman saya masih kanak-kanak hingga sekarang. Satu kata yang bisa menggambarkan Purwa Caraka adalah totalitas. Ya totalitasnya dalam berkesenian tak diragukan lagi. Memulai dari menjadi pemain musik kemudian menjadi komposer hebat. Mendirikan sekolah musik dan menjadi inisiator menyelenggarakan workshop Sound of Borobudur.
Di mata Purwa Caraka Borobudur adalah aset yang tak ternilai harganya. Yang membuka wawasan dan menjadi saksi peradaban sejarah kesenian dan kebudayaan Indonesia. Dari Borobudur kita bisa membuat atraksi pariwisata yang dicari orang seluruh dunia.