Lihat ke Halaman Asli

Retinol, Marine Collagen, dan Perjuangan Menghadapi Breakout

Diperbarui: 2 Juni 2021   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Produk Skincare | Taken by Retno Ningtiyas

Mengikuti tren skincare atau perawatan kulit memang tidak ada habisnya. Seiring perkembangan teknologi, banyak bermunculan produk skincare baru dengan bahan aktif dari alam maupun buatan, yang diekstraksi menjadi toner, serum, essence, cream dan keluarganya.

Dulu, selepas kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, seringnya kulit wajah berakhir merah padam karena terbakar matahari. 

Biasanya, aku membuat masker jus mentimun campur lidah buaya (aloe vera) dan dioleskan di wajah untuk menenangkan dan mencegahnya dari iritasi.

Kini, dengan ditemukannya si gemas bernama soothing gel, khasiat dari aloe vera dapat langsung dirasakan tanpa perlu repot mengupas kulit dan memisahkan dagingnya untuk dijadikan masker.

Lambat laun, menjelajahi dunia skincare menjadi kegiatan yang penuh adiksi. Berawal dari produk dengan branding halal, kemudian hijrah ke krim dokter dari klinik kecantikan, sampai produk yang diiklankan oppa-oppa tampan. Setidaknya, mereka sempat mendarat di kulit wajahku, yang sebenarnya normal dan baik-baik saja.

Hasilnya, ada yang berhasil mencerahkan, ada yang berhasil membuat kilang dadakan karena produksi minyak berlebihan, ada juga yang berakhir bruntusan.

Apa tujuan dari berbagai macam perawatan itu? Kulit putih? Kulit mulus? Atau kulit glowing bak aktris korea yang lalat pun takut terpeleset ketika mendarat di hidungnya? Hahaha enggak lah, bukan.

Kulit sehat dan terhidrasi, aku beranggapan jika memiliki kulit sehat dan terhidrasi optimal merupakan sebuah investasi jangka panjang

Seiring semakin tercemarnya lingkungan hidup akibat polusi, memiliki kulit sehat merupakan pelindung dari agen penyebab penyakit yang paparannya melalui permukaan kulit.

Breakout, Retinol, dan Marine Collagen

Quarter life crisis nampaknya bukan hanya tentang kegalauan mengenai tujuan hidup. Bagiku, memasuki usia 25 berarti rambu siaga terhadap kesehatan harus mulai diperhatikan, termasuk urusan kulit wajah.

Karena sadar metabolisme tubuh mulai menurun, disusul kulit wajah mulai mengering dan kasar, sebagai tanda penuaan mulai berjalan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline