Lihat ke Halaman Asli

Mengidentifikasi Gerakan Islam Fundamentalis

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pengantar .

Akhir- akhir ini , umat Islam di Indonesia diresahkan oleh merebaknya teror yang dilakukan oleh kelompok Islam yang beraliran fundamentalis . secara psikologis , gencarnya aktivitas teror yang dilakukan oleh mereka berakibat pada munculnya persepsi negatif , perasaan apriori ( anitpati ) dan menjauhi kegiatan dakwah islamiyah untuk mewujudkna masyarakat takwa di masyarakat . Oleh karena itu , penulis berusaha memberikan pengetahuan bagi masyarakat untuk  mengenali pemikiran dan gerakan yang mengarah ke aktivitas fundamentalisme , sehingga masyarakat tidak diselimuti kekhawatiran dan dapat bersikap obyektive dalam menilai pengajian – pengajian yang ada .

Pengertian Islam fundamentalis .

Penggunaan kata fundamentalis memiliki konteks kesaam dengan penggunaan kata radikal , revivalis , ekslusif , militant dan teroris  ( Ahmaed 2003 :42) .  Secara kebahasaan , fundamentalisme adalah gerakan keagamaan yang bersifat kaku dan reaksioner yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang tersurat ( secara tekstual ) di dalam kitab suci.

Dalam Bahasa Arab , istilah fundamentalisme sama dengan kata tatharruf yang berartu berdiri di ujung , jauh dari pertengahan , berlebihan dalam sesuatu . Dalam teks- tes Al-quran diartikan  sebagai berikut :

1.Sikap ghuluw.

Sikap ghuluw  (melampaui batas atau berlebih-berlebihan) dalam agama adalah sikap yang tercela dan dilarang oleh syariat. Sikap ini tidak akan mendatangkan kebaikan bagi pelakunya; juga tidak akan membuahkan hasil yang baik dalam segala urusan. Terlebih lagi dalam urusan agama.

Banyak sekali dalil-dalil al-Qur'ân dan Sunnah yang memperingatkan dan mengharamkan ghuluw atau sikap melampaui batas tersebut.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْيَاأَهْلَالْكِتَابِلَاتَغْلُوافِيدِينِكُمْغَيْرَالْحَقِّوَلَاتَتَّبِعُواأَهْوَاءَقَوْمٍقَدْضَلُّوامِنْقَبْلُوَأَضَلُّوا

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". [al-Mâ`idah/5:77]

Dalam hadits yang diriwayatkan dari `Abdullah bin Abbâs Radhiyallahu anhu, dia berkata: "Pada pagi hari di Jumratul Aqabah ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di atas kendaraan, beliau berkata kepadaku: “Ambillah beberapa buah batu untukku!” Maka aku pun mengambil tujuh buah batu untuk beliau yang akan digunakan melontar jumrah. Kemudian beliau berkata:

أَمْثَالَهَؤُلاَءِفَارْمُوْاثُمَّقَالَيَاأَيُّهَاالنَّاسُإِيَّاكُمْوَالْغُلُوَّفِيالدِّينِفَإِنَّهُأَهْلَكَمَنْكَانَقَبْلَكُمُالْغُلُوُّفِيالدِّينِ

“Lemparlah dengan batu seperti ini!” kemudian beliau melanjutkan:
“Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluw (melampaui batas) dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam agama.

2. Tanaththu’ (Sikap Ekstrem).
`Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda:

هَلَكَالمُتَنَطِّعُوْنَ

“Celakalah orang-orang yang ekstrim!” Beliau mengucapkannya tiga kali.”[3]

3.Tasyaddud (Memberat-Beratkan Diri).
Anas bin Malik Radhiyallahu anhu meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَتُشَدِّدُوْاعَلَىأَنْفُسِكُمْفَيُشَدِّدُاللهُعَلَيْكُمْفَإِنَّقَوْمًاشَدَّدُوْاعَلَىأَنْفُسِهِمْفَشَدَّدَاللهُعَلَيْهِمْفَتِلْكَبَقَايَاُهْمفِيالصَّوَامِعِوَالدِّيَارِوَرَهْبَانِيَّةًابْتَدَعُوْهَامَاكَتَبْنَاهَاعَلَيْهِمْ

"Janganlah kamu memberat-beratkan dirimu sendiri, sehingga Allah Azza wa Jalla akan memberatkan dirimu. Sesungguhnya suatu kaum telah memberatkan diri mereka, lalu Allah Azza wa Jalla memberatkan mereka. Sisa-sisa mereka masih dapat kamu saksikan dalam biara-biara dan rumah-rumah peribadatan, mereka mengada-adakan rahbaniyyah (ketuhanan/kerahiban) padahal Kami tidak mewajibkannya atas mereka."[4]

Dalam hadits lain pula Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline