Lihat ke Halaman Asli

Gara-gara 'Noraknya TKW dari Arab'

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bergabung di Kompasiana karena adanya kerinduan dengan Tanah Air, dan mengingat akan lelucon-lelucon bangsa kita. Gemar menulis pun saya tidak, gemar membaca juga tidak. Tapi sekali menulis komentar, langsung dikontra banyak orang, sampai saya malu dan kirim message ke Admin biar account saya dihapus.

Memang, artikel dengan judul tersebut menarik perhatian untuk dibaca. Saya bilang, yang menulis cukup cerdas dalam mengemas artikelnya, saya terhibur (positiv thinking) ya. Saya pikir cuma lucu-lucuan, ternyata disini juga berlaku hukum pro kontra. Saya yang baru bergabung di Kompasiana memang tidak pernah berpikir kalo di dunia Kompasiana ini kritik ternyata lebih pedas dan tajam. Dan jujur saya kaget. Yah, mungkin bisa dibilang, saya terlalu kuper, hanya kumpul dengan orang2 yang satu ideal dan sepaham dengan saya saja. Dan masi berpikir terlalu sempit serta menaggapi sesuatu hal masih secara subyektiv.

Saya juga bisa dibilang TKW, karena saya disini juga bekerja, buat tambahan uang saku. Bahkan kalau ditanya orang, apa yang saya lakukan disini, jarang saya menjawab study, malah sering saya jawab "Jadi TKI" hehehehe.. Menjaga anak orang, jadi cleaning servise, jadi tukang cuci piring, dsb nya. Dan itu fine-fine saja kok.

Beberapa kali transit memang saya bertemu dengan pahlawan-pahlawan devisa kita itu. Memang saya pernah mendengar yang sampai bertingkah berlebihan seperti itu, tapi pengalaman saya sendiri belum pernah saya menemui yang seperti itu. Yang tidur di lantai pada waktu itu malah seorang yang berambut pirang dari Perancis. Pakaian yang seksi juga mereka pada waktu itu tidak mengenakannya, malah saya yang pakai pakaian seksi. Mungkin malah saya yang dibilang norak karena menarik perhatian yang lain (buat saya sih itu wajar), karena turun dari bus itu panas sekali dan saya langsung berganti baju, yang ada di ransel saya hanya baju-baju tipis. Seingat saya juga gak ada yang teriak-teriak atau buang sampah sembarangan pada waktu itu, atau mungkin saya memang lagi asik ngobrol dengan beberapa dari mereka jadi terlewat dari pandangan mata saya. Antrean yang berdesak-desakan saya juga tidak merasakan, orang saya antri paling belakang bersama 2 teteh-teteh, dan merekapun punya jawaban cerdas, "Kan tempat duduknya udah dipesan, kenapa c pada antri panjang-panjang gitu, kan gak mungkin juga gak kebagian tempat duduk." Perjalanan panjang seperti itu memang mengharuskan saya membawa beberapa tas. Dan merekapun tidak sungkan-sungkan memberikan bantuannya.

Dari dulu, semenjak saya meninggalkan tanah air tercinta, saya memang selalu senang bertemu orang yang mengerti dengan bahasa saya. Saya memang baru kok meninggalkan tanah air (seperti yang tertulis dalam salah satu komen juga) dan saya tetap warga negara Indonesia, serta tidak mau mengganti kewarganegaraan saya. Saya berusaha menajamkan pendengaran saya (siapa tahu saya mendengar bahasa ibu saya). Dan memang betul, di bandara itu banyak sekali orang yang berbicara menggunakan bahasa Indonesia, langsung saya hampiri. Dan memang saya yang kurang suka, mereka malah sombong, sok berbicara pakai bahasa inggris dengan saya, malahan ada yang berbicara pakai bahasa arab. Lha saya gak ngerti, maklum, dulu nilai bahasa inggris selalu jatuh. Eh, ternyata tujuan kita sama, yaitu Indonesia. Dan mereka memang sedang mencari Gate yang sama dengan saya. Memang saya heran disini, setiap Gate itu ada tulisan nomor, dan Gate-gate selanjutnya itu ada petunjuk arahnya. Pada waktu pembekalan, atau memang itu tidak diberikan atau bagaimana?

Dan memang, di dalam bandara itu sendiri mereka sudah mendapat perlakuan yang berbeda, atau boleh dikatakan tidak adil. Di dalam pesawat pun demikian. Pramugari dan pramugara yang katanya terkenal ramah, bisa menjadi sinis kepada mereka. Entah mengapa bisa begitu saya juga kurang tau. Apalagi ketika sampai di bandara Soeta, saya tambah miris melihatnya, karena mereka tidak boleh keluar. Dan saya waktu itu juga kena, hampir gak boleh kluar lalu saya tunjukkan visa saya. Saya pernah mendengar cerita juga, bahwa sekarang memang tidak ada calo untuk para TKI, tapi mereka diperas oleh pemerintah sendiri.

Gara-gara komentar yang saya tulis, saya jadi gak bisa tidur, dan terus kepikiran. Laptop mati jam 4 pagi, terus nyala lagi jam 9 pagi, langsung ingin menyampaikan kata maaf. Maafkan saya bila ada yang tersinggung dan tidak berkenan. Biarlah kita tetap sama-sama bekerja untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi di mata dunia. Dan semua itu diawali dari diri kita.

Silahkan dikomentar dan dikritik. Karena semakin banyak kritik itu semakin membangun pribadi saya. Trimakasih.

Salam manis,




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline