Ekonomi Islam saat ini merupakan sebuah ilmu yang baru dimana telah timbul pemikiran atau sebuah karya manusia, akan tetapi dimuka bumi ini sudah timbul ilmu ekonomi islam itu sendiri. Dalam hal ini sudah diketauhi adanya mengenal teori ekonomi dalam islam yang dimana sudah menjadi bagian penting dari ajaran dan pedoman islam.
Teori Produksi mempunyai peranan penting dalam menentukan taraf hidup manusia dan kemakmuran suatu bangsa. Al-Qur'an telah menjelaskan landasan yang sangat kuat terhadap produksi. Al-Qur'an dan sunnah Nabi Saw banyak dicontohkan bagaimana umat Islam diperintahkan bekerja keras dalam mencari kebutuhan untuk hidup agar dapat melangsungkan kehidupannya dengan lebih baik.
Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan merupakan prosen yang menghasilkan barang atau jasa, kemudian di konsumsi oleh para konsumen. Produksi sendiri adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian di manfaatkan oleh konsumen.
Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula Sektor produksi menjadi motor pembangunan yang menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja, dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya. Menurut Lipsey (2000) dalam teori ekonomi kemampuan untuk memproduksi sesuatu digambarkan oleh grafik Production Possibility Frontier (PPF). Misalnya orang memiliki pilihan untuk memproduksi dua jenis barang yaitu beras dan jagung dengan sumber daya yang dimilikinya. Sumbu X menggambarkan kemampuan memproduksi beras, sedang sumbu Y untuk jagung. Kurva PPF menggambarkan tingkat produksi maksimal yang mungkin dicapai dengan sumber daya yang dimiliki. Semakin besar PPF berarti semakin tinggi tingkat produksinya, semakin tinggi tingkat kekayaan negara tersebut.
- Neraca Pembayaran Positif
Ibnu Khaldun menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan meningkatkan kekayaan negara tersebut. Neraca pembayaran yang positif menggambarkan dua hal yaitu (1) tingkat produksi negara tersebut untuk suatu jenis komoditi lebih tinggi daripada tingkat permintaan domestik negara tersebut atau supply lebih besar dibanding demand, sehingga memungkinkan negara tersebut melakukan ekspor, (2) tingkat efisiensi negara tersebut lebih tinggi dibandingkan negara lain. Dengan efisiensi yang lebih tinggi maka komoditi suatu negara mampu masuk ke negara lain dengan harga yang lebih kompetitif. Dalam level makro bahasan kita adalah kemampuan suatu produksi suatu negara, sedangkan dalam level mikro bahasan kita adalah kemampuan produksi suatu produsen. Secara grafis, pendapat Ibnu Khaldun dapat digambarkan dengan tingkat utilitas yang berada di luar PPF. Hal ini berarti negara yang melakukan perdagangan internasional akan menikmati tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan tidak melakukan perdagangan internasional.
Dalam ilmu ekonomi konsep ini dikenal dengan gain from trade. Tanpa adanya perdagangan, maka tingkat kesejahteraan tertinggi dicapai ketika kurva utilitas bersinggungan dengan PPF yaitu pada titik autarky (titik memenuhi kebutuhan sendiri). Sedangkan adanya perdagangan akan mendorong kurva utilitas ke tingkat yang lebih tinggi yang tidak mungkin dicapai oleh PPF.
Pada titik autarky, relative price antara beras dan jagung digambarkan oleh garis harga (price line-Pau). Sekarang seandainya produsen ini mempunyai tingkat efisiensi yang relatif lebih tinggi dalam memproduksi beras dari produsen lain, maka ia akan mengalokasikan
lebih banyak sumber daya untuk memproduksi beras. Sehingga jumlah beras yang diproduksinya menjadi Qb2, dan jumlah jagung yang diproduksinya menjadi turun menjadi Qj2. Kelebihan produksi beras ini diperdagangkan dengan harga yang berlaku Pp. Dengan price line yang baru ini, produsen dapat menaikkan utilitasnya.
Gambar 1 Kurva Teori Produksi Ibn Khaldun (Sumber : Adiwarman,
2001)