Lihat ke Halaman Asli

Sampai Kapan Kita Meremehkan Autisme? Menyembuhkan dan Mencegah Autisme

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1372091881616823993

[caption id="attachment_262667" align="aligncenter" width="300" caption="Alex Spourdalakis, foto courtesy www.nydailynews.com"][/caption] Alex Spourdalakis, 14 tahun, seorang penyandang autis berat, ditemukan tewas di apartemen yang dihuninya bersama ibu kandung dan perawatnya. Alex, ditusuk dadanya sebanyak 14 kali oleh ibu dan perawatnya, akhirnya tewas setelah pergelangan tangannya diiris sampai hampir putus. Ibu dan perawatnya ditemukan nyaris tewas bunuh diri minum pil tidur di kamar Alex.

Alex yang bertubuh besar dan kuat memang diketahui menyusahkan ibu dan perawatnya karena sulit diajak ke rumah sakit untuk pemeriksaan dokter. Ibunya yang frustrasi dengan keadaan anaknya yang tak kunjung sembuh mencoba membunuhnya dengan pil tidur tapi tidak berhasil, sampai akhirnya terjadi penusukan yang menewaskan Alex. Kisah Alex melengkapi sejumlah kisah pembunuhan anak autis oleh orangtua/penanggungjawabnya sendiri.

Sebagai orang awam, mudah saja kita menyalahkan ibu dan perawat Alex sebagai orang yang keji. Bagaimana mungkin seorang ibu bisa tega membunuh darah dagingnya sendiri walau apapun keadaannya? Bukankah sebagai orang yang beriman, kita tahu bahwa anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi ?

Masyarakat mudah saja menyalahkan ibu dan perawatnya. Tapi apabila mengetahui bagaimana perasaan seorang ibu memiliki anak autis, tidak heran bila kasus seperti ini terus terjadi. Lalu bagaimana seorang anak bisa menderita autis? Apa yang salah? Gen kah? Lingkungankah? Vaksinkah?

Autisme bukanlah penyakit. Autisme adalah suatu jenis masalah dalam pertumbuhan. Karena itu tidak ada obat maupun vaksin Autisme. Siapapun bisa terkena, baik kaya maupun miskin.

Penyebab anak menjadi autis adalah kelainan metabolisme tubuh yang mengakibatkan anak tidak bisa mengeluarkan logam berat yang masuk ke dalam tubuhnya sehingga berakibat fatal, yaitu kerusakan sel-sel saraf di otak. Dengan demikian penyembuhan anak autis tidak lain dengan mengeluarkan logam berat dan memperbaiki sistem metabolisme tubuhnya. Apakah itu saja? Tentu tidak. Pada banyak kasus, penyandang autis biasanya juga terdeteksi menderita infeksi candida. Ini pun harus disembuhkan agar metabolism tubuh bisa bekerja dengan baik. Untuk mengurangi beban tubuh akibat infeksi jamur, keracunan logam berat dan masalah metabolism, penyandang autis juga harus melakukan diet makanan-makanan tertentu.

Untuk memperbaiki masalah autism pada anak, dokter-dokter di Amerika Serikat yang tergabung dalam organisasi Defeat Autisme Now (DAN) menyarankan pendekatan holistik pada penderita. Tentu saja, karena autisme memang bukan penyakit sehingga tidak ada obatnya. Penyembuhan diawali dengan detox logam berat. Detox bisa dilakukan dengan bahan natural seperti chlorella, spirulina atau kulit manggis. Detox juga bisa dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang biasa disebut chelation agent seperti EDTA dan DMSA. Sayangnya EDTA dan DMSA belum tersedia di Indonesia. Bila penderita mengidap infeksi candida, hal inipun harus disembuhkan karena candida mengeluarkan toksin yang bersifat mirip seperti alkohol, yang membuat penderita mengalami foggy thinking (lemah dalam berpikir), sulit untuk fokus, alergi, bahkan atopic dermatitis.

Sambil mengeluarkan musuh dari tubuh penderita, perbaikan metabolisme tubuh bisa dilakukan. Hal ini bisa dilakukan dengan pemberian suplemen sesuai kebutuhan masing-masing spesifikasi kelainan metabolisme penderita. Karena penyandang autis biasanya juga menderita kelainan pencernaan, maka pemberian probiotik sangat diperlukan untuk memperbaiki keseimbangan flora dalam pencernaan. Pemberian suplemen yang mendukung perbaikan sel-sel otak yang rusak akibat keracunan logam berat juga harus dilakukan, seperti pemberian vitamin B12, DHA dan DMG.

Kerusakan sel-sel otak akibat keracunan logam berat mengakibatkan gelombang otak menjadi tidak beraturan. Akibatnya anak tidak bisa mengontrol motoriknya (tangan mengepak-ngepak), mood swing, susah bicara, susah bergaul, COD, dan sebagainya. Untuk memperbaikinya anak perlu melakukan olahraga otak (brain gym), yoga dan terapi neurofeedback.

Pengobatan anak penyandang autisme tidak lah murah. Pencegahan tetap jauh lebih baik daripada mengobati. Bila anda sedang mengandung, jauhilah makanan dan minuman yang dicurigai mengandung logam berat, bakteri ataupun hal-hal yang merusak perkembangan janin seperti obat-obatan berbahaya, alkohol, asap rokok dan terutama hindarilah stress. Karena stress mempengaruhi perkembangan otak janin. Para ahli psikologi modern menemukan bahwa sama seperti orang dewasa, bayi juga bisa stress. Stress ibu saat hamil, adanya masalah saat kelahiran dan masalah setelah kelahiran, bisa mengakibatkan bayi menjadi stress. Stress inilah yang memicu terjadinya masalah metabolisme. Jeleknya, bila bayi mendapat masalah dalam metabolisme, tubuh bayi akan sulit memproduksi zat metallothionein yang berperan dalam mengeluarkan toksin yang masuk dalam tubuh. Inilah yang memicu anak menjadi autis. Dengan mengetahui akar masalahnya, para orang tua diharapkan berhati-hati dalam mengawasi zat-zat yang masuk ke dalam tubuh anaknya, sehingga kasus autisme diharapkan terus berkurang dari tahun ke tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline