Sobat Kompasiana, pasti tak asing lagi dengan istilah generasi strawberry. Ya, akhir-akhir ini sering menjadi pembahasan publik tentang generasi ini. Selidik punya selidik ternyata istilah ini pertama kali muncul di negara Taiwan. Generasi strawberry adalah generasi muda yang lahir setelah tahun 1981 untuk menggambarkan generasi pada masa itu yang mengalami kesulitan dalam menghadapi tekanan sosial.
Memang kalau dicermati dari rentang pengelompokan waktu lahir, generasi Y (1981-1996), Z (1997-2012) dan Alpha (2013-2025) termasuk dalam generasi ini. Namun, bukan berarti semuanya termasuk ke dalam generasi strawberry, yang dimaksud adalah bagian dari generasi tersebut yang khususnya mengalami kesulitan dalam menghadapi tekanan sosial dan tidak mempunyai mental yang kuat.
Kenapa bisa dinamai strawberry? Pemilihan nama buah strawberry karena buah strawberry terlihat cantik dan menarik dari penampilan luarnya. Namun ketika sedikit ditekan ternyata akan mudah lembek atau hancur. Hal ini diasosiasikan dengan karakteristik generasi yang sebenarnya punya potensi kreatif namun mudah menyerah, temperamen dan tidak bermental baja.
Sisi Positif dan Negatif Generasi Strawberry
Generasi strawberry tidak selamanya berkarakteristik negatif. Karakter negatif yang mudah dijumpai pada generasi strawberry antara lain mudah menyerah, mudah terjebak dalam zona nyaman, kurang bertanggung jawab, sensitif / mudah marah dan sakit hati, mudah mengeluh, temperamen, mempunyai harapan yang tidak realistis, pesimis terhadap masa depan, tidak memiliki kemampuan problem solving yang efektif, bermindset pendek (tidak broad minded atau suka self-diagnosed tanpa pendampingan ahli) dan tidak dapat berkompetisi. Mereka sebenarnya juga punya potensi inovatif, kreatif, menyukai tantangan, berani mengemukakan pendapat, mudah belajar hal baru dan cepat mengikuti perkembangan jaman terutama teknologi.
Penyebab Munculnya Generasi Strawberry
Lantas kenapa generasi strawberry bisa muncul? Pola asuh yang kurang tepat lah yang menjadi awal mula terbentuknya generasi strawberry, yaitu pola asuh terlalu memanjakan dan membebaskan. Seperti pada pembahasan artikel Ibun Enok sebelumnya, yaitu pola asuh yang cenderung permisif (indulgent).
Kebiasaan dimanjakan dengan berbagai kemudahan dari orang tua, baik fasilitas, aturan, maupun sikap orang tua, serta hal-hal yang instan menjadikan generasi ini kurang bisa menghadapi masalah dan tantangan yang sulit. Kemampuan problem solvingnya pun kurang. Apabila dihadapkan pada sebuah persaingan, maka mereka tidak bisa berkompetisi dan mudah menyerah.
Upaya Mendampingi Generasi Strawberry Menjadi Tahan Banting
Generasi muda yang sudah terlanjur menjadi generasi strawberry menurut Ibun Enok perlu untuk terus didampingi agar karakteristik negatif yang muncul dapat berubah menjadi ke arah yang lebih positif. Berikut upaya-upaya pendampingan baik dari orang tua maupun significant others di lingkungan sekitarnya (misalnya guru) yang dapat dilakukan: