Lihat ke Halaman Asli

Tepat Sekali!! Ini Saatnya Kita Merenung

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebentar lagi...sangat sebentar, Ramadhan kan pergi dari kehidupan kita, apakah ia akan pergi tanpa bekas atau ia sangat berbekas dihati kita? sehingga setelah kepergiannya 'bekas' itu akan menjadi modal bagi kita dalam mengarungi 11 bulan yang akan datang, semua itu hanya kita yang mampu menjawabnya.

Aku, seperti biasa selalu berkutat dengan animo Ramadhan yang begitu kental, tilawah Qur'an, shadaqoh, tarawih serta puasa wajib tentunya. Namun, tetap terasa hambar... entah apa karena sudah enggan atau malas bercengkrama lagi dengan kebaikan-kebaikan yang disebar di bulan ini? hanya Allah yang tahu.

Hingga hari ini, ya hari ini, kubulatkan tekadku untuk mengantar sahabatku i'tikaf ke mesjid, sambil mohon maaf aku tidak bisa menemaninya disana karena ada halangan 'wajib' bagi wanita. Sebelumnya, aku sempatkan untuk mampir kerumah sang guru, untuk menyerahkan zakat. Dsinilah keistimewaan itu datang, menusuk dan menghujam hatiku, terasa sekali bahwa waktuku tidak lama lagi.

Ia, sang Guru bercerita tentang mimpinya di pagi hari, mimpi yang notabene kebanyakan orang mengatakan itu kembang tidur, tapi entah untuk orang se-sholehah beliau bisa jadi ini suatu pertanda atau firasat. Ia dan temannya bercerita didatangi oleh dua orang muslimah, lalu temannya mengatakan bahwa dua orang wanita tersebut sudah meninggal karena tenggelam didalam kapal, tersentak guruku mendengar pengaduan temannya, tapi dua orang wanita tersebut hanya berkata "kami hanya mau menyamakan catatan saja kok..." kata mereka seraya membuka buku yang ada ditangannya, Guruku tidak mengerti... "iya, cuma mau menyamakan catatan amal hidup kita, mana yang lebih baik, mbak atau kami..", tentu saja saat itu guruku merasakan degup jantungnya bertalu begitu kencang, mereka memang bukan malaikat tapi mengapa aku begitu takut dalam hati guruku bergumam.

Tentu saja itu hanya mimpi, yang akan jadi kembang tidur jika tidak kita ambil hikmahnya. Guruku berpikir...saat itu hanya mimpi, bayangkan jika memang menjadi kenyataan, bayangkan jika memang tidak bangun lagi dan jika memang yang bertanya itu malaikat, mau berkata apa kita?, jika saat itu Allah yang langsung mengoreksi apakah kita masih bisa berkelit? dengan alasan-alasan yang kita buat.

Tidak akan, tidak mungkin kita bisa melawan.

Aku tahu, dan aku sangat tahu bahwa aku tidak tahu kapan kematian menjemput. Apakah puasaku di bulan Ramadhan ini diterima olehNya?, apakah aku akan bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan?

Mimpi itu hanya sekedar ilustrasi yang mungkin akan terjadi kelak di akhirat nanti, bisa jadi jika catatan amalan kita buruk, Allah akan melemparkan kita ke nerakaNya, atau sebaliknya jika catatan kita baik Dia akan menuntun kita ke syurgaNya, semua itu kembali ke pilihan kita masing-masing, fa'alhamahaa fujurohaa wa taqwahaa, kita akan memilih jalan yang fujur atau taqwa?

Benar, tepat sekali!! ini saatnya kita merenung, kematian seperti apa yang akan kita pilih, su'ul atau khusnul?

Mari kita isi sisa Ramadhan ini dengan mendekat kepadaNya, memohon, menghiba dan mengharap ampunanNya. Semoga kita mendapatkan gelar taqwa dan semoga dengan gelar itu mampu menghantarkan kita kembali ke Ramadhan tahun depan atau semoga dengan gelar itu dapat memperberat timbangan amal kita nanti, amiinn.

Wallahu'alam bi showab

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline