Bila anda penggemar YouTube, mungkin anda sudah familiar dengan vlog-vlog yang dibuat oleh para tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Coba perhatikan 'daily vlog' melalui YouTube berlabel Titilah Channel.
Titilah Channel berisikan konten-konten tentang perjalanan hidup seorang Titilah yang inspiratif berkaitan dengan kegiatan sehari-hari pekerjaannya di Taiwan.
Taiwan merupakan salah satu destinasi utama Pekerja Migran Indonesia. Data Otoritas Keimigrasian Taiwan (National Immigration Agency/NIA) per 31 Desember 2022 terdapat 243.795 WNI tinggal di Taiwan dengan rincian 66,9 persen perempuan dan laki-laki 33,1 persen. Sementara dari data Otoritas Ketenagakerjaan (Ministry of Labour/MoL) Taiwan, tercatat 250.114 WNI menjadi Pekerja Migran Indonesia.
Titilah adalah salah satu dari 250.114 Pekerja Migran Indonesia itu. Dia bekerja pada sektor jasa di Taiwan yakni merawat orang berkebutuhan khusus.
Titilah yang sering dipanggil Tilah, wanita kelahiran Petoyan, Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta 46 tahun yang lalu ini sudah 11 tahun bekerja merawat Yuhsiang Lin, seorang pemuda disabilitas. Kecelakaan lalu lintas telah menyebabkan raganya tidak berfungsi normal. Yuhsiang Lin mulai dari bangun tidur hingga kembali terbaring tidur dalam perawatan Tilah.
Yuhsiang Lin, majikan Tilah dalam keterbatasannya mampu bekerja di kantor mengelola lembaga konsultan yang memotivasi orang berkebutuhan khusus agar beraktivitas layaknya orang biasa. Dia mampu menggerakkan kursi roda yang menemaninya beraktivitas melalui tombol yang ditekan dengan mulutnya.
Setiap pagi, Tilah mempersiapkan 'mas bos' panggilan untuk Yuhsiang Lin pergi ke kantor sekaligus menemaninya naik kereta ataupun naik bis umum. Tilah berjalan mengiringi Yuhsiang naik kursi roda.
Di Taiwan, penyandang disabilitas diberi kemudahan-kemudahan untuk naik kendaraan umum, utamanya kereta dan bis. Ketika ada penumpang berkursi roda, supir bis akan menekan tombol yang membuka pintu dengan alas untuk masuk kursi roda.
Pada saat pembukaan Festival Lampion di Taipei (5/2) tahun lalu, penulis sempat bertemu Tilah dan 'mas bos' di area kemeriahan festival lampion itu. Meskipun hujan rintik, tak menghalangi mereka naik bis untuk mengikuti kemeriahan pembukaan festival lampion itu. Tilah begitu sabar dan telaten merawat majikannya.
"Merawat orang seperti yang saya lakukan sekarang memang butuh kesabaran dan tenaga ekstra.. alhamdulillah saya sudah terlatih sejak awal" ungkapnya.
Meskipun hanya lulusan SMP, Tilah fasih berbahasa Taiwan dan mengajari Yuhsiang berbahasa Indonesia. Tapi mengapa dia memilih bekerja sebagai pekerja migran? Dia merasa dengan pendidikannya yang hanya tamatan SMP, tidak banyak kesempatan kerja yang dapat diperolehnya.