Lihat ke Halaman Asli

Sri Retno Yuliani

Kepala SLB River Kids, Mahasiswa Magister Profesi Psikologi UMM

"Spirit Doll" Fenomena Lumpuhnya Berpikir Logis?

Diperbarui: 24 Januari 2022   23:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

" Spririt Doll" Fenomena lumpuhnya berpikir logis ?

Akhir - akhir ini terjadi fenomena yang menghebohkan dunia medsos maupun dalam kehidupan keseharian masyarakat di lapisan tertentu. "Spirit doll" tiba - tiba menjadi  gaya hidup dari sejumlah public figure yang diikuti oleh sebagian kecil masyarakat. Masyarakat yang mengikuti berasal dari berbagai kalangan dan lapisan. Mulai dari remaja, dewasa, sampai kepada paruh baya. mulai dari kalangan menengah hingga menengah ke atas. 

Mereka memperlakukan boneka seakan - akan boneka itu hidup, berkembang, mempunyai emosi layaknya manusia pada umumnya. Ada yang rela mengeluarkan budget tertentu untuk memperlakukan spirit doll nya  seperti manusia.  Apa itu "spirit doll", dari mana asal mulanya, mengapa hal ini menjadi viral dan akhirnya menjadi tren dan gaya hidup yang berkembang di masyarakat. Apakah hal ini menandakan sebagian masyarakat sudah hilang kesadaran dan kehilangan hakikat berpikir secara logis ?. 

"Spirit doll" terlebih dahulu tren di negara Thailand sejak tahun 2016. Sebagian masyarakat Thailand menyebut "spirit doll" sebagai look thep yang berarti malaikat kecil, ( solopos, 2021). Di Indonesia sendiri, menjadi viral  di pertengahan tahun 2021.  Sebenarnya boneka sudah jamak dikenal oleh masyarakat sejak dahulu kala, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka,  sudah dikenal dengan istilah "golek" yang menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti boneka kayu. Boneka kayu ini sebagai bagian dari permainan tradisional para putri keraton, dan masih digunakan sebagai permainan tradisional yang masih eksis sampai saat ini.  

di Era tahun 1990 an, terdapat boneka susan yang juga viral, karena dianggap bisa bicara layaknya manusia. Saat itu pemiliki boneka adalah pembawa acara kondang yang berasal dari Surabaya yaitu Ria Enes. Kedua boneka yang berbentuk " golek" maupun "boneka susan", digunakan sebagai alat permainan yang menyampaikan isi - isi pesan tertentu kepada khalayak, dalam hal ini adalah anak a-anak.  Boneka - boneka tersebut tidak diperlakukan sebagai layaknya orang hidup. Boneka tersebut bahkan dijadikan sarana untuk mmeberikan edukasi kepada anak - anak, sesuai dengan tahap berpikir kognitif mereka yang masih berada dalam tahap operasional konkret. Dengan menggunakan media boneka, yang secara visualisasi terlihat oleh mata, maka isi pesan justru lebih mudah tersampaikan. 

Di Pertengahan tahun 2021, tren dan viralnya spirit doll, menjadi fenomena tersendiri yang mengulik penulis untuk ikut memberikan pemikiran terkait hal ini. Telah terjadi pergeseran fungsi dan nilai atau value dari boneka tersebut. Dari yang awalnya digunakan sebagai media edukasi dan hiburan, menjadi sarana kepuasan, pengisi konten supaya viral,  ataupun sebagai sarana untuk update status atau sarana life style supaya tidak ketinggalan jaman. 

Sebenarnya hal ini bisa menjadi sesuatu hal yang wajar jika penggunaan boneka tersebut tidak membuat sang pemilik menjadi terlihat dan terkesan "aneh", "tidak wajar" dan tidak realistis. Membuat spirit doll seakan - akan hidup, bertumbuh, mempunyai kebutuhan yang sama dengan manusia adalah proses berpikir yang diluar nalar dan tidak lazim. Dalam kajian filsafat ilmu, seseorang tidak menggunakan proses ontologi dalam berpikir. Apakah sebuah obyek yang dipikirkan sesuai dengan realitas yang ada, apakah fungsi dari obyek tersebut dan apakah makna dari  sebuah obyek. 

Ontologi dalam filsafat ilmu mempunyai hubungan yang erat dengan  berpikir logis. Logika adalah proses berpikir manusia yang menghasilkan pemikiran yang logis. Obyek dari logika meliputi obyek materiil, formil dan juga produk atau hasil berpikir. Menurut (Ainur, 2018), banyak sekali kegunaan dari logika dalam mempengaruhi cara pandang seseorang, diantaranya adalah : 

  1.  Membuat kemampuan berpikir menjadi semakin tajam. Dengan berlatih berpikir terus - menerus maka akan membuat pikiran semakin peka dengan fenomena dan realitas yang ada 
  2. Mempunyai ketepatan berpikir
  3. Bisa membedakan alur berpikir "benar" dan "keliru", sehingga bisa membuat dan menarik kesimpulan yang benar dan terhindar dari kekeliruan berpikir, yang bisa merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
  4. Bagi seseorang yang menggunakan logika dalam berpikir, akan membantunya berpikir realistis, rasional, logis, kritis, bermetodologi, berpikir lurus, saling berhubungan dan deduktif.
  5. Membuat seseorang bisa lebih teliti dalam berpikir, mampu berpikir abstrak, berpikir obyektif sesuai dengan  kaidah berpikir yaitu entitas kebenaran baik secara formil, materiil atau produk kebenaran yang dihasilkan. 
  6. Membuat orang cinta akan kebenaran, menghindarkan dari sesat berpikir
  7. Membuat seseorang bisa menganalisa kejadian dari berbagai sudut pandang, menggunakan tahapan analisa berpikir. 

Fenomena "spirit doll", bisa disimpulkan bagaimana logika seseorang menjadi lumpuh. Apakah kelumpuhan ini bisa disembuhkan, bersifat sesaat dan sementara ataukah akan abadi beberapa tahun kedepan ataukah hanya akan menjadi fenomena sesaat yang akan hilang dengan sendirinya jika tidak ada public figure yang memviralkan hal tersebut ?.  Jika hal ini dibiarkan, tidak ada lagi yang perduli, memberikan masukan, mencoba meluruskan dengan menggunakan logika sebagai alat utama untuk mengkaji hal ini, maka tidak menutup kemungkinan hal ini akan abadi. Manusia akan menggunakan benda mati sebagai alat untuk "terkenal", melampiaskan kesenangan dan tidak lagi menggunakan pikiran logisnya sebagai sifat dasar dari manusia yang dikaruniai oleh Sang Pencipta dengan akal pikiran, yang membedakannya dan membuat derajatnya lebih tinggi dibandingkan dengan makhluk lain.

Dalam sudut pandang psikologis, jika banyak orang mempunyai pikiran yang sama tentang "spirit doll" yang terlampau berlebihan, bisa membuat orang tersebut mempunyai gangguan psikologis. Seseorang yang mempunyai pikiran irasional, jika hal tersebut mendominasi dan menginternalisasi dalam diri dan kehidupannya, maka bisa menjadi problem dan gangguan psikologis. 

Akibatnya orang tersebut akan menjadi kecemasan dan ketakutan yang berlebihan, mendadak memikirkan sesuatu yang tidak lazim yang akan mengganggu kesehatan fisik dan  mental dari orang tersebut. Berpikir atau kognisi adalah hal yang menjadi fokus utama dalam kajian psikologi kognitif, yaitu cabang dalam ilmu psikologi yang mengkaji tentang bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, bagaimana memperoleh dan memproses informasi, menggunakan bahasa dan melakukan pemecahan masalah ( Nevid, 2018).  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline