"Halo Kak. Konsul dong... Saya kok sulit tidur ya... kayanya Insomnia saya perlu di terapi."
"Siang, mau konsul tentang insomnia yang saya alami. Apakah bisa?"
"Selamat pagi, apakah di sini bisa terapi untuk insomnia. Saya sudah negatif covid-19, Tapi saya merasa masih insomnia."
"Selamat malam, bisa terima konseling untuk insomnia yang dialami istri saya?"
Semua tulisan di atas adalah percakapan awal tentang insomnia yang diterima biro Psikologi Rumah Cinta di Bogor. Keluhan awal tersebut muncul lewat telekonseling ketika pandemi Covid-19. Biro Psikologi Rumah Cinta menerima telekonseling dari klien di berbagai daerah, mulai dari Yogyakarta, Boyolali (Jawa tengah), Kutai (Kalimantan Timur), Lombok, Tangerang, Sukabumi, Bekasi, Jakarta, dan Bogor sendiri.
Keluhan berasal dari klien laki-laki maupun perempuan, baik terdiagnosa positif Covid-19, pernah terdiagnosa dan sekarang sudah dinyatakan sembuh, maupun mereka yang dinyatakan negatif. Usia klien berkisar 13 sampai 55 th.
Pandemi global karena Covid-19 memang masih belum berhenti. Ketakutan masyarakat terhadap covid-19 berdampak pada kejadian insomnia.
Zitting K Marja., Lammers-van der Holst. H.M., Yuan RK.,Wang W., Quan SF. Duffy JF. (2021) dalam Journal of Clinical Sleep Medicine merilis adanya adanya lonjakan signifikan pencarian Insomnia lewat Data Google Trends, baik di Amerika Serikat atau pencarian global saat fase akut pandemi Covid-19, bulan April dan Mei 2020.
Peneliti dari The Royal dan Universitas Ottawa, Kanada yang melakukan survey online pada 5.525 warga Canada selama fase awal Covid-19 menemukan hasil mencengangkan.
Hasil survei ditemukan separuh warga mengaku mengalami insomnia
Temuan Robillard. Rbecca. PhD. (2020) yang dimuat Journal of Sleep Research ini menunjukkan pandemi Covid-19 mempengaruhi masalah tidur, yang dkhawatirkan secara jangka panjang akan mempengaruhi juga kesehatan mental. Selain kedua penelitian di atas, banyak penelitian lain yang menunjukkan secara signifikan adanya penambahan kasus kesulitan tidur (insomnia) yang dialami warga dunia akibat pandemi covid-19.