Jambuwer adalah sebuah desa di kecamatan Kromengan Kabupaten Malang. Dari ibukota Kabupaten, yaitu kota Kepanjen jaraknya kurang lebih 20 km dan dapat ditempuh dalam 1 jam perjalanan. Sepanjang jalan adalah pemandangan hijau, diselingi beberapa kali tikungan dan belokan yang membawa sensasi tersendiri ketika menuju kesana.
Bermacam-macam pemandangan dapat kita nikmati dalam perjalanan menuju desa Jambuwer, ada persawahan, hutan sengon hamparan tebu dan lain-lain. Membuat perjalanan yang lumayan jaraknya dari kota Kepanjen ini tidak membosankan.
Ketika memasuki desa Jambuwer nampak area persawahan yang menghijau. Di kejauhan ada beberapa gazebo yang berjajar di tepi jalan. Saya yang mengira perjalanan menuju Kafe Kopi Merah Jambuwer masih agak jauh, namun tak terasa ternyata sudah sampai.
Beberapa baliho dan banner tampak menghiasi area kafe ini, nampak juga banner Malang Sejuta Kopi di depan gazebo utama. Mobil yang dikendarai Pak Suami masih terus saja berlalu, tidak berhenti di situ. Karena memang kami mencari tempat putar haluan mobil dulu, agar nanti pulang lebih gampang.
Memasuki gazebo utama kafe Kopi Merah Jambuwer, nampak beberapa toples berisi biji kopi, cangkir dengan dripper untuk membuat Vietnam Drip dan V-60 serta sebuah Rok Presso, yang bentuknya mengingatkan saya pada burung penguin.
Saya bergegas menghampiri Mas-mas yang berada di ruangan semacam dapur tempat untuk membuat kopi. Setelah memperkenalkan diri, saya mulai bertanya mengenai beberapa hal. Menurut Mas-mas yang belakangan saya ketahui bernama Mas Yon ini, warga cukup antusias dalam menyambut event Malang Sejuta Kopi ni. Setiap harinya 15-18 orang yang menikmati kopi gratis.
Ada dua macam penyajian kopi yang di gratiskan dari Kafe yang baru berdiri pertengahan bulan Maret ini. Yaitu kopi tubruk dan V-60. Seperti yang sudah saya duga sebelumnya, penikmat kopi murni tanpa gula dan tanpa campuran apapun di kafe ini jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan kopi dengan campuran gula maupun susu.
Saya kemudian memesan v-60 dan suami saya memesan kopi susu. Agak cemen juga saya, karena saya memesan v-60 dengan sedikit susu, maklum enggak kuat saya sama pahitnya.
Sambil menunggu pesanan, saya arahkan pandangan sekeliling. Di sisi kanan kiri dua gazebo utama ini ada beberapa gazebo kecil berjajar-jajar yang masing-masing bejarak kurang lebih 5 meter. Di seberang jalan, nampak sebuah baliho dan frame untuk berfoto dengan bentuk laman Instagram. Baik di depan maupun belakang kafe terdapat sawah hijau membentang yang kala-kala ujung daun padinya bergerak-gerak karena tertiup angin, sejuk.
Model kafe yang berbentuk gazebo in membuat angin dengan leluasa untuk masuk sehingga meskipun disiang hari bolong tidak terasa gerah. Ditambah lagi, di bawah gazebo mengalir sungai kecil yang membuat suasana makin terasa sejuk.
Mas Teguh, datang ketika saya menikmati tegukan kedua v-60 saya. Beliau adalah salah satu penggagas berdirinya kafe Kopi Merah Jambuwer ini. Menurut beliau, Kafe Kopi Merah Jambuwer ini adalah milik gabungan kelompok tani kopi yang bernama Mekar Tani yang ada di desa Jambuwer. Luas kebun kopi di desa jambuwer ini sekitar 200 hektar. Apabila panen sedang bagus maka bisa menghasilkan biji kopi robusta kurang lebih 300 ton. Namun jumlah itu menjadi separuhnya jika cuaca sedang tidak mendukung.