CONTOH KONNKRIT BENTUK KONTRIBUSI MASYARAKAT DAN PERLUNYA MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Dikemasdalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 BAB IV yang didalamnya memuat bahwasannya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XV Pasal 54 dinyatakan bahwa:
(1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
(2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksana dan pengguna hasil pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Dalam hal ini peran masyarakat sangatlah penting dalampeningkatan mutu pendidikan,dengan memberikan kontribusi baik gagasan/ide-ide,bantuan tenaga,materi yang mungkin peran pemerintah adanya keterbatasan tertentu,menyumbangkan keahlian/ kreatifitas-kreatifitas tertentu, peran masyarakat juga sangat penting dalam tercapainya suatu bentukvisi dan misi sekolah. Tetapi kita juga menyadari masih banyak yang belum begitu memahami bahwasanya peran masyarakat itu sangat penting bagi peningkatan mutu pendidikan, sebagian besar hanya berfikir bahwa ruang lingkup suatu pendidikan hanya sebatas hubungan guru, pemerintah dan orang-orang yang tergolong dalam anggota sekolah saja. Padahal semua itu sudah tertera dalam UU , tetapi semua itujuga bukan sepenuhnya kesalahan masyarakat yang kurang memahami tapi bisa juga pihak sekolah sendir kurang adanya transparasi atau kurang menjalin Humas dengan baik.
Contoh konkrit atau nyataperan masyarakat adalah Memberikan bantuan tenaga mengerjakanrenovasi suatu bangunan atau fasilitas yang diperlukandalamsuatu lembaga pendidikan ,bergotong royong untuk saling memperbaiki, dan ada pula berupa kontribusi dana untuk perbaikan sarpras, karena ini juga berkaitan dengan nama baik lingkungannya biasnya maksudnya adalah kebanyakan orang-orang melihat suatu bentuk bangunan untuk mengetahui kepribadian lingkungan setempat, apalagi berupa kebutuhan masyarakat yang sangat penting biasanya dilihat dari bangunan Sekolah, tempat peribadatan ,dan tempat-tempat penting lainnya.Adapula peran masyarakat memberikan edukasi khusus untuk kreatifitas para peserta didik sesuai dengan kreatifitas yang dihasilkan lingkungan setempat ataupun kreatifitas lainnya yang dimiliki oleh masyarakat.
HUBUNGAN ORANGTUA DAN MUTU PENDIDIKAN
Orang tua adalah salah satu mitra sekolah diamana peranan orangtua adalah mempercayakan anaknya untuk lebih baik dan menjadi pribadi yang mampu membawa perubahan positif baik dalam lingkungan sekolah maupun diluar sekolah, disini pula pihak orang tua mendistribusikan dana untuk keberlangsungan suatu pendidikan anaknya supaya dalamproses pendidikannya berjalan dengan baik dan mampu menghasilkan anak-anak yang berkualitas, dan hubungan orang tua dalam perencanaan pengembangan sekolah dapat ditempuh dengan banyak cara seperti orang tua dapat datang ke sekolah tanpa/dengan undangan sekolah yang mengundang, dan sekelompok orang tua mengadakan pertemuan di luar sekolah untuk bersama-sama menampung berbagai permasalahan yang dihadapi dan dari jumlah permasalahan tersebut dipilih sejumlah permasalahan paling penting yang akan dipecahkan, serta dalam memecahkan masalah, harus memperhitungkan pula kemungkinan tersedianya sumber dana dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, serta kesempatan untuk mengatasi masalah tersebut sehingga setelah orang tua membahas dan memberikan masukan untuk peningkatan mutu sekolah, hasil dari pertemuan tersebut kemudian diserahkan kepada sekolah.
Dengan demikian ada tiga model partisipasi orang tua yaitu: Protective atau Separate Responsibililies, School to Home Transmision atau Sequential Responsibilities, dan Curriculum Enrichment, serta Partnership atau School Responsibilities (Elliot dalam Pruitt 2003: 21-27; Swap dalam Christenson, 2002: 15-17; dalam Slameto dan Kriswandani).
1. Model Protective atau Separate Responsibilities mengasumsikan bahwa keluarga dan sekolah masing-masing memiliki tanggung jawab anak yang saling terpisah satu dengan yang lain, maka dari itu akan menjadi paling efektif dan efisien jika keluarga maupun sekolah menangani tujuan, target dan kegiatannya masing-masing secara saling lepas.
2. Model School to Home Transmision atau Sequential Responsibilities mengasumsikan bahwa keberhasilan anak didukung secara berkelanjutan oleh harapan dan nilai-nilai antara keluarga atau rumah dan sekolah;
3. Model Curriculum Enrichment berasumsi bahwa interaksi antara keluarga dan personel sekolah dapat mendukung kurikulum dan tujuan pendidikan. Tiap pihak mempunyai keahlian khusus berkaitan dengan kurikulum atau proses belajar mengajar dan pengajaran.
4. Model Partnership atau Shared Responsibilities menekankan koordinasi dan kerjasama sekolah dan keluarga untuk mengembangkan komunikasi dan kolaborasi. Asumsinya sekolah dan keluarga lebih efektif jika informasi, nasehat, dan pengalaman di “shared‟ secara berkelanjutan di antara semua warga sekolah, keluarga dan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H