Perjuangan bangsa Indonesia melawan Penjajah Belanda dan Jepang yang begitu panjang dan dahsyat mungkin jarang terpikir oleh kita bagi sebagian besar warga Indonesia khususnya generasi X , Y (millenials), generasi Z maupun alpha. Bahkan mungkin sebagian dari generasi bommers yang masih hidup, tidak mengalami kekejaman penjajah itu.
Masa derita yang begitu panjang itu sebenarnya memuncak saat tanam paksa dan kerja paksa. Bangsa kita diharuskan untuk menanam tanaman tertentu dan dikenai pajak yang besar jika melanggarnya. Tanaman itu juga seringkali mengalahkan tanaman untuk kehidupan sehari-hari sebagian rakyat Nusantara (Indonesia).
Begitu juga kerja paksa yang sangat menyengsarakan rakyat. Pada masa ini orang dipaksa untuk bekerja tanpa diberi upah. Makanan juga tidak selayaknya sehingga beberapa orang dari Belanda menganggap bahwa perlakuan Belanda keterlaluan terhadap warga Nusantara. Melalui perdebatan di dewan perwakilan Belanda akhirnya tercetus politik etis yang memberi beberapa timbal balik dari Belanda kepada warga Nusantara diantaranya kebijakan irigasi, transmigrasi dan pendidikan.
Inilah titik balik dari nasib warga Nusantara yang sangat menderita dalam jangka waktu yang panjang. Dalam beberapa belas tahun setelah politik etis diterapkan muncul laum interlektual seperti Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji, dan Soetomo yang sebagian besar adalah mahasiswa Stovia. Wahidin Soedirohusodo memberi inspirasi para mahasiswa itu untuk membentuk organisasi untuk mengangkat derajat bangsa yang saat itu masih dijajah Belanda.
Lalu organisasi Boedi Oetomo terbentuk dan kemudia memantik gerakan kebangsaan di banyak wilayah di Nusantara dan muncullah sosok seperti Moh Hatta, moh Yamin, Soekarno dan lain sebagainya. Melalui perjuangan diplomasi akhirnya Indonesia merdeka dan kita menikmati kemerdekaan sampai saat ini. Bisa dikatakan terbentuknya Boedi Oetomo memang mengubah minset kita soal nasibn bangsa kita. Kita selama ini dijajah dan seharusnya kita berjuang untuk kehidupan lebih baik bagi kita dan anak cucu.
Sayangnya sering kita sadar betapa berharganya kemerdekaan itu dan betapa nestapanya kita jika tidak pernah merdeka. Kita akan selalu berjuang bahkan untuk hal-hal yang remeh tak akan kita dapatkan jika kita masih berada dalam suasana penjajahan.
Karena itulah hargai perjuangan nenek moyang kita dan segala upaya agar bangsa ini bisa sampai dalam keadaan yang lebih baik sampai saat ini. Bentuk penghargaan itu adalah dengan memanfaatkan dan berkegiatan yang punya manfaat baik bagi diri sendiri maupun lingkungan bahkan bangsa.
Jangan sekali-kali kita terjebak dengan fanatisme yang buta baik fanatisme agama, kesukuan, radikalisme, terorisme bahkan politik identitas. Karena itu hanya menghabiskan waktu dan sama sekali bukan harapan dari semua upaya perjuangan nenek moyang di masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H