Lihat ke Halaman Asli

Puasa Harusnya Diwarnai Tindakan yang Memerdekakan

Diperbarui: 5 April 2022   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: merdeka.com

Suatu siang, ada pembicaraan seorang tetangga di sebelah rumah dengan seorang pria yang belum pernah saya lihat sebelumnya di daerah itu. Karena saya sedang di pekarangan dan sedang membetulkan pagar, saya mendengar sebagian besar pembicaraan mereka.

Dari pembicaraan yang saya menangkap bahwa pria yang tidak saya kenal itu bermaksud menyewa rumah tetangga yang berada satu blok di sebelah blok ini. Dia memang memiliki dua rumah dan satu sedang kosong dan bermaksud akan disewakan. Sepertinya tetangga ini akan menyetujui sang pria itu menyewa rumahnya.

Lalu ada pembicaraan yang menarik yaitu pemberitahuan sang pria itu kepada tetangga pemilik rumah. "Bapak, kami non muslim apakah bapak berkenan?" Pemilik rumah terpana. Saya juga. 

Tak lama setelah itu sang pemilik rumah mengatakan hal yang sama sekali tak saya duga " Karena bapak sudah bersusah payah untuk mencari kontrakan rumah, saya akan memberi bapak discount" . Sang pria itu tersenyum dan mereka menyelesaikan urusan itu beberapa menit kemudian.

Setelah sang pria itu pulang, saya mengatakan isi hati saya kepada tetangga itu. "Saya senang dengan keputusanmu memberinya discount," dia menjawab, " Saya lebih dari itu, senang dan juga lega," katanya.

Saya tahu bahwa pemberian discount itu tidak semata soal uang yang harus diserahkan dan diterima. Discount dalam konteks itu adalah rasa menghargai sang tetangga kepada sang pria yang sudah bersusah payah untuk mencari kontrakan. 

Sang tetangga tahu bahwa pada masa ini banyak sekali orang yang menolak orang karena keyakinan (agama) yang berbeda. Ditolak sana sini, tentu bukan hal yang menyenangkan. Apalagi sang pria harus segera mendapatkan kontrakan agar keluarganya dapat beraktivitas dengan baik.

Sejatinya sang tetangga "sudah merdeka" dari egoisme keyakinannya. Rasa menghargai dan merasa sama, adalah hal penting dalam berbangsa dan bernegara. Menghargai bukan berarti ikut meyakini keyakinan (agama) lain, namun rasa respek bahwa yang berbeda juga sama dan harus dihargai. Discount itu sejatinya adalah wujud dari rasa respect itu.

Sama halnya dengan bulan puasa. Bulan Ramadhan adalah bulan yang memerdekakan muslim. Tidak saja terhadap makanan dan minuman yang tidak dia santap tapi juga sikap dan perilaku yang harus dijaga agar respek dengan orang lain dan tidak melanggar agama itu sendiri.

Selamat berpuasa dengan merdeka. Bertindaklah beringan dengan ibadah agama yang memerdekakan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline