Lihat ke Halaman Asli

Perbedaan Tidak Harus Dipaksa untuk Sama

Diperbarui: 27 November 2020   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernah minum es cendol ? Atau es campur ? Tentu pernah dong. Beberapa bahan seperti isian dari tepung beras, santan, nangka, gula merah, peuyem dicampur es, menjadikan es cendol enak dinikmati pada saat terik menyengat. Begitu pula dengan kolang-kaling, roti, agar-agar, cincau, sirup, susu kental manis dan es menjadikan es campur begitu menggoda dinikmati saat siang hari.

Padahal jika kita nikmati bahan di atas itu sendiri-sendiri akan berbeda rasanya. Semisal bahan tepung beras yang tawar rasanya tak akan enak jika tidak dicampur dengan gula atau sirup. Begitu juga kolang-kaling atau agar-agar yang tawar tak akan bisa keluar rasanya jika tidak bercampur dengan bahan lainnya.

Meski roti, susu kental manis memang bisa kita nikmati dengan enak jika diminum sendiri. Tetapi bahan yang bercampurcampur itu tadi membuat kita bisa menikmatinya dengan baik karena berasa enak dan segar.

Ilustrasi es cendol atau es campur adalah gambaran kita yang hidup dengan kondisi berbeda-beda dengan orang lainnnya di negara ini. Bukan saja soal sifat pribadi, tapi juga karakter, pendidikan, prespektif, agama, bahasa. Juga etnis / budaya dan halhal lain yang memang dimungkinkan terjadi pada bangsa kita yang pluralis ini.

Terkadang memang kita punya kendala dalam memahmi atau mengerti, tetapi sering kita berusaha untuk memahami maksud dan prespektif orang lain dengan niat yang baik juga. Justru perbedaan ini akan indah dan 'dapat dinikmati' jika masing-masing berbeda dan bukan sama.

Namun, perbedaan ini sering dianggap atau dipandang secara salah oleh pihak tertentu. Prespektif pluralis diterima dengan hitamputih sehingga perbedaan yang kita miliki ini sering dianggap sebagai  sebagai sandungan atau penghambat. Mereka menganggap bahwa selayaknya semua hal sama sehingga mempermudah mencapai tujuan.

Sehingga tidak heran jika  ada upaya untuk membuatnya sama, atau menyerang yang berbeda itu. Serangan itu seringkali dibungkus dengan dakwah-dahwah terselubung dengan sifat provokatif sehingga umat sering menafsirkannya dengan berbeda.

Inilah pekerjaan rumah yang cukup berat bagi para ulama untuk tidak membuat perbedaan itu menjadi sama semuanya. Juga tidak untuk memprovokasi umat sehingga mereka memberikan judgement yang salah soal perbedaan.

Bukankah masing-masing mahluk diciptakan dengan maksud dan tujuan baik ?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline