Lihat ke Halaman Asli

Retna Kumalasari

Freelance content writer

Hubungan Cedera Olahraga dengan Terapi Air Dingin

Diperbarui: 19 Januari 2020   15:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

athleticrecoverycentre.co.za

Berdasarkan pendapat Bahr dalam British Journal of Sport Medicine, menyebutkan bahwa cedera olahraga adalah cedera yang terjadi pada sistem integumen, otot dan rangka yang disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga disebabkan oleh berbagai  faktor antara lain kesalahan metode latihan, kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis fungsi jaringan penyokong dan otot.

Berdasarkan penyebabnya, cedera olahraga dibagi menjadi dua, yakni Overuse Injury dan Traumatic Injury. Overuse Injury disebabkan oleh gerakan berulang yang terlalu banyak dan terlalu cepat, sedangkan Traumatic Injury disebabkan adanya benturan atau gerak melebihi kemampuan.

Cedera ini dapat terjadi karena tidak melakukan pemanasan atau pendinginan yang seharusnya dilakukan sebelum atau setelah selesai berolahraga, penyembuhan cedera sebelumnya yang tidak sempurna, dan penggunaan otot yang berlebihan.

Ada beberapa hal lain yang dapat menghindarkan seseorang dari resiko terjadinya cedera,  salah satunya adalah dengan berendam di air es. Berendam di dalam air es atau cold therapy adalah pemanfaatan dingin untuk mengobati nyeri dan mengurangi gejala peradangan lainnya.

Lalu, apa tujuannya?

Nick Clayton, CSCS, menejer program untuk National Strength and Conditioning Association menemukan sebuah penelitian kecil tahun 2017 yang menyatakan bahwa berendam di dalam air es dapat membantu mempercepat pemulihan dan efektif mengurangi peradangan yang terjadi setelah seseorang melakukan latihan.

Terapi dingin ini akan menyerap kalori disekitar bagian yang cedera sehingga terjadi penurunan suhu. Jaringan otot dengan kandungan air yang tinggi merupakan konduktor yang baik, sedangkan jaringan lemak meruakan isolator sehingga menghambat penetrasi dingin. Sedangkan semakin lama waktu terapi, semakin dalam juga tekanan dinginnya.

Terapi dingin ini dilakukan agar dapat mengurangi sensitivitas pada ujung-ujung syaraf yang berakibat terjadinya ambang batas rasa nyeri, mengurangi kerusakan jaringan dengan cara mengurangi proses metabolisme di sekitar otot yang cedera sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan juga menurun.

Ada beberapa respon pada kulit yang akan terjadi ketika diberi terapi dingin ini. Pemberian terapi dingin selama 0-3 menit akan terasa sensasi dingin, lalu 2-7 menit akan menimbulkan rasa terbakar dan nyeri, kemudian setelah 5-12 menit akan terjadi anestasi relatif kulit.

Menurut Konrath dalam penelitian yang dilakukan oleh Novita Intan Arovah,ada beberapa kondisi yang dapat ditangani dengan menggunakan metode cold therapy antara lain cedera (sprain, strain dan kontusi), sakit kepala (migrain, tension headache dan cluster headache), gangguan temporomandibular (TMJ disorder), testicular dan scrontal pain, nyeri pasca operasi, fase akut arthritis (peradangan pada sendi), tendinitis dan bursitis, carpal tunnel syndrome, nyeri lutut, nyeri sendi, dan nyeri perut.

Bagaimana cara melakukannya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline