Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Panen Lebah Madu

Diperbarui: 14 September 2024   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

TRADISI PANEN LEBAH MADU DI DESA LOLI, KECAMATAN POLEN, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 

Nama: Reta julia Corte Real

Nim: 512024006

Tugas: Pengantar ilmu tropika pertanian

     Salah satu penghasil lebah madu yang terkenal di wilayah TTS adalah lebah madu Bijoba yang terletak didesa loli, kecamatan polen, kabupaten TTS, provinsi Nusa Tenggara Timur, madu yang dipanen terbukti madu berkualitas tinggi. Kadar air madu hutan desa loli yaitu pada musim hujan kadar air pada madu hutan sebesar 19% dan pada musim panas kadar air pada madu hutan sebesar 19%. Sedangkan standar mutu madu hutan JMHI Nasional, Standar Madu Indonesia (SMI) yang diterbitkan maksimal 22%. Desa loli dikenal sebagai desa penghasil lebah madu hutan dimana budaya dan adat istiadat mengumpulkan madu dari tahun ke tahun masih diwariskan hingga saat ini. Proses pemanenan lebah madu di desa loli masih tradisional dan menggunakan alat-alat yan sederhana (tradisional). Peternakan lebah adalah kegiatan pengolahan atau pemeliharaan lebah madu untuk memperoleh hasil atau produk perlebahan yang diinginkan. Madu merupakan produk pangan berbentuk cairan kental manis alami yang dihasilkan dari nektar bunga oleh lebah.

    Di kampung Loli, biasanya diawali dengan ritual penyembelihan ayam sebagai  tanda rasa syukur kepada lebah (alam) dan Allah yang bekerja untuk produksi madu.Di Desa Loli, lebah dapat memanen madu  dua  kali dalam setahun (Maret hingga April), dan madunya berwarna hitam dan manis, sehingga biasa disebut ``Madu bunga Kusambi. '' Madu Oktober biasa disebut madu kayu putih, namun madunya berwarna putih dan agak pahit. Pemanenan madu biasanya dilakukan pada pukul 16.44 malam. Biasanya ada ritual dimana pemilik pohon atau tanah memanggil lebah untuk mengambil alih pohon yang ada. Misalnya saja ritual doa yang biasa dilakukan oleh orang yang sudah meninggal.Em.Rev.Samuel Johannes Hauoni, S.Th. Ritual panen lebah sendiri biasanya diiringi dengan ritual penyembelihan ayam (Sumber: Joshua Hauoni). Untuk mengetahui kapan lebah  siap dipanen, masyarakat Desa Loli biasanya mengamati suara dan kotoran lebah yang berwarna kuning tua, warna dahi lebah, dan bentuk piringnya. Jika  ciri-ciri tersebut muncul maka lebah  siap  dipanen. Jika Banu (larangan) diberlakukan di desa Loli, lebah  hanya bisa panen sebanyak kali jika Banu dikurangi atau dihilangkan. Alat yang biasa digunakan antara lain sabut kelapa (Nopo Suni) yang digunakan untuk mengusir lebah. Bentuknya seperti obor, namun di dalamnya terdapat 4 serabut kelapa yang dibungkus dengan tali gewang. Ember dan keranjang yang digunakan digunakan untuk menyimpan lebah  yang dipanen. Senter sebagai alat penerangan, parang kecil, dan  tali panjang  untuk menurunkan hasil panen lebah. Pendakian  sendiri biasanya melibatkan para lebah yang bekerja sama memasang tangga  bambu secukupnya untuk menjangkau dahan pohon agar memudahkan pendakian saat memanen lebah.

     Tidak semua orang bisa memanjat, sehingga  pemilik biasanya mencari orang yang bisa memanjat untuk menangkap lebah. Ada ayat suci yang harus dibacakan oleh para pendaki dalam bahasa Dhawan di atas pohon tempat lebah  berada. Puisi ini memuji karya lebah dan memuji Allah, Pencipta alam. Hal ini sudah dilakukan secara turun temurun dan terdapat ungkapan  dalam puisi ``Bijoba Sonav'' yang artinya lebah  berada di wilayah Bijoba (wilayah Kerajaan Moro). Dan puji bagi negeri Bijoba yang menghasilkan lebah  ``Bakisnopat bijoba nunu arfat bijoba'', yaitu ``pagar lapisan beringin bijoba yang rindang'' Bijoba. Hal ini mencerminkan kemakmuran Bihova yang dilambangkan dengan puisi "Oni Nak Mutin, Lus Taenonon" yang artinya madu dan daging rusa. Masyarakat Dhawan selalu menghubungkan Tuhan dan alam melalui ritual adat

KESIMPULAN

     Sebagai gen Z jika ingin menerapkan pertanian berkelanjutan maka diharapkan tidak menghilangkan nilai budaya atau nilai tradisional yang telah diwariskan dari nenek moyang. Nilai Budaya yang  berkaitan dengan bagaimana masyarakat desa menerima dan bersedia melaksanakan ajaran yang diberikan oleh nenek moyang mereka sejak zaman dahulu. Segala ajaran dan ajaran nenek moyang masih dikenang dan terus diamalkan hingga saat ini. Hal ini terlihat pada ritual/ritual pemanggilan  lebah  untuk menempati pohon yang ada dan ritual/ritual penyembelihan ayam sebelum dipanen lebahnya. Tradisi ini masih dipertahankan oleh masyarakat desa Loli hingga saat ini, dan sebagian besar alat-alat yang  digunakan  masih bersifat tradisional, masih melestarikan nilai-nilai budaya dan  adat  istiadat yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka.

Daftar pustaka: https://youtu.be/2d6HyoltCAQ?si=t-8tsQJHzKzCT2OV

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline