Lihat ke Halaman Asli

Pada Batasku

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tidak tau dengan apa memulainya
aku hanya ingin menulis
ketika ini, hatiku biru
mungkin membengkak, atau memar dalam
seperti terhunus, sakit yg terbungkam
jika dulu tak ada batasan, apakah kau yg memelukku sekarang?
Batasan itu, berbicara tentang segalanya
mendominasi tiap helai pikiran yg bebas
jika dulu kau tak pandang itu, apakah kau yg menyandarkan bahumu sekarang?
Kau biarkan waktu berjalan tanpa kebiasaan dulu
kau lepaskan waktu itu berjalan semaunya, sesuai kuasanya
dan beginilah, sakit yg terbungkam
pedih yg mengurung
haruskan seorang manusia menyerah pada batas keduanya?
Kau selalu jeli, lebih dari apapun
aku paham kurangku
dan aku tau lebihmu
jika kisah roman bersyahdan tentang kurang dan lebih, tak kau lihatkah lebihku?
Setitik lebih jeli, seperti sebelumnya
di tempatku menapak, dunia selalu seperti tentangmu
kau selalu terlihat indah, seperti biasanya
jika aku tak bisa memiliki pandangmu, biarkan aku menyimpan sinarmu
jika aku tak bisa menyentuh jiwamu,
biarkan aku menyimpan pesonamu
jika tak bisa kugenggam cintamu
biarkanlah aku menyimpan matamu,
hidungmu, bibirmu, tubuhmu
jika kau terlalu jauh, bisakah kau sisakan bayangmu didekatku?
Kau suruh aku tertawa aku menangis
kamu minta aku menangis aku tertawa
betapa cinta adalah kejadian luar biasa
haruskan aku menyerah pada batasan keduaku?
jangan siksa aku dengan tangis lagi, airmataku sudah mengering menemui kemaraunya yg gersang
berhentilah ketika ku mengejarmu, mengapa kau terus berlari?
Ketika aku mengejar derapmu, mengapa kau berlari kelain arah?
Tak bisakah kau berbalik, menujuku, memeluk tubuhku yg menantimu
apa kau tak paham penantian ini begitu dalam?
Kau selalu jeli melihat kurangku, batasanku
tak bisakah kukuasai jelimu untuk ini?
Mengapa kau mencari cari, mendekati bunga bunga yg memekar dihatimu?
Lihatlah....aku berdiri
menggenggam angan yg tak kuketahui maksudku
menantimu tanpa pernah tau harapku padamu
ini batasku, inilah batasku
kaulah hunusan terindah yg pernah melukaiku
sebelum keinginan memilikimu melebihi gurat pedihku
sebelum keinginan menyentuhmu melebihi batas akalku
sebelum keinginan merengkuhmu melukai hati yg lain
inilah saatnya, menyerah pada batasan keduaku untuk yg terakhir kali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline